Fimela.com, Jakarta Perkembangan dunia teknologi sudah sedemikian rupa pesatnya. Banyak sekali film yang bisa ditonton, tak hanya melalui layar bioskop dan televisi, namun juga dengan gadget. Atas dasar itu, dalam rangka peringatan 100 Tahun Sensor Film di Indonesia, Lembaga Sensor Film (LSF) mengajak masyarakat berperan aktif.
Melalui tema utama 'Masyarakat Sensor Mandiri Wujudkan Kepribadian Bangsa', LSF ingin menegaskan, mengingatkan, dan sekaligus mengajak kepada masyarakat untuk membangun budaya sensor mandiri.
"Sebagai warga masyarakat yang baik, tentunya harus bisa memilah dan memilih film dan semua tayangan mana yang baik dan buruk pengaruhnya bagi diri dan generasi penerus bangsa," kata Ahmad Yani Basuki, Ketua LSF di Gedung Film, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Rabu (15/3).
Baca Juga
Dengan budaya sensor mandiri ini, LSF berharap tak akan ada lagi kegaduhan yang terjadi di masyarakat terkait tayangnya sebuah judul film. Pasalnya, banyak sekali masyarakat yang memprotes LSF karena lolosnya adegan ciuman atau vulgar dalam sebuah film.
"Ada yang protes, orangtua yang menonton film tertentu bersama anaknya, terus ada adegan yang harusnya untuk orang dewasa. Mereka marah, menelpon kami. Padahal kan sudah ada klasifikasinya, 17 plus dan lain sebagainya. Kalau ada kesadaran sensor mandiri, tentu tak akan terjadi seperti itu," lanjutnya.
Ahmad Yani juga menyinggung tentang banyaknya orangtua yang tidak mau tahu atas apa yang ditonton oleh anak-anaknya. Bahkan ketika di televisi ada klasifikasi BO alias Bimbingan Orangtua, anak-anak dibiarkan menonton sendiri.
"Yang banyak terjadi, anak-anak dikasih televisi sendiri di kamar. Mereka nonton apa dibiarkan aja. Anak-anak nonton yang seharusnya ada bimbingan orangtua, malah tidak ditemani dan diberikan penjelasan," ucapnya.
"Ketika kesadaran sensor mandiri telah tinggi, tak akan terjadi kegaduhan. Karena sekarang ini, meskipun LSF sudah membantu. Misalnya klasifikasi film sesuai usia. Masih banyak yang ngajak anak tonton. Masih banyak masyarakat, khususnya orangtua yang kurang bisa memilah dan memilih," tandas Ahmad Yani.