Fimela.com, Jakarta Mengawali karir di tahun 1986, nama Ruth Sahanaya mulai bersinar. Wanita yang akrab disapa Uthe ini kerap menang di berbagai penghargaan lomba tingkat nasional maupun internasional. Tanpa terasa, kini sudah 30 tahun dia mewarnai belantika musik Indonesia dengan lagu-lagu yang selalu bernuansa cinta.
***
Tak dipungkiri, perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat proses rekaman dewasa ini lebih mudah. Kondisi itu dirasakan betul oleh Uthe, yang sempat merasakan industri musik di tahun 80-an.
"Sebenarnya perkembangan musik sudah ada masanya. Seperti di zaman Mamah Widyawati, Mamah Rima Melati. Mereka kan selain bintang film menyanyi juga. Di masa mereka punya warna sendiri juga. Sebenarnya enggak jauh sama era saya. Dari warna suara dan musik. Cuma dari teknologi dalam merekam, di era saya sudah lebih digital," kata pelantun lagu Astaga ini.
Industri boleh saja berubah. Namun soal lagu, istri dari aktor Jeffrey Waworuntu ini tetap konsisten mengusung tema cinta. Sebut saja album Seputih Kasih yang meledak di pasaran. Uthe tak menampik, dari tahun ke tahun tema cinta selalu diminati penikmat musik di tanah air.
"Dari masa ke masa dan tahun ke tahun, orang membutuhkan cinta. Cinta kan enggak harus sama pasangan saja, bisa kepada sesama, anak, dan kepada Tuhan. Jadi artinya bisa luas. Menurut saya, yang menjual itu sih. Semua menyukai cinta, semua mencari cinta," ungkapnya.
Baca Juga
- Ria Irawan Jadikan Latihan Akting Sebagai Terapi Lawan Kanker
- Prisia Nasution Terkesan Kekompakan Pemain Pesantren Impian
- Kado Spesial Glenn Fredly untuk Aura Kasih di Tahun 2016
Nyatanya 30 tahun berkarir tak membuat Uthe puas menyebarkan cinta lewat lagu-lagunya. Dia telah menyiapkan album terbaru berjudul Simfoni Dari Hati. Album yang berkisah tentang cinta dan kegalauan.
Bintang.com pun mendapat kesempatan berbincang-bincang dengan wanita kelahiran Bandung, 1 September 1966 ini tentang perkembangan musik dari tahun ke tahun. Berikut petikan wawancara Ruth Sahanaya kepada reporter Muhammad Altaf Jauhar, videografer Basyir Latifan dan fotografer Nurwahyunan saat pemotretan HUT Bintang.com yang pertama di SCTV Tower, kawasan Senayan, Jakarta Kamis (18/2/2016).
Warna-warni Karier 3 Dekade Ruth Sahanaya
Perubahan industri musik dirasakan Uthe di sepanjang karirnya. Apalagi ia termasuk penyanyi di era 80-an. Perubahan yang paling dirasakan Uthe adalah proses rekaman yang kini serba digital. Bukan hanya dari industri, diakuinya, attitude penyanyi dulu dan kini pun sangat berbeda.
Bagaimana perkembangan musik dari dulu hingga sekarang di mata anda?
Perkembangan musik memang sudah ada masanya. Kayak zaman mamah Widyawati, mamah Rima Melati, selain bintang film mereka kan menyanyi juga. Pada masanya mereka mempunyai warna musik sendiri. Sebenarnya enggak jauh beda sama era saya dari warna suara dan musiknya. Cuma bedanya dari teknologi dalam merekam. Di era saya sudah lebih digital. Apalagi era setelah saya seperti Andien, jauh lebih modern lagi.
Perbedaan yang paling dirasakan?
Kalau dari segi industri sudah jelas. Saya lihat justru dari segi disiplin, menghargai pekerjaan dan waktu. Saya bisa mengikuti dan melihat langsung bagaimana musisi di atas saya dan di bawah saya. Kelihatan sekali perbedaannya. Kita lihat seperti mamah Widyawati dan mamah Rima yang sudah datang dari pagi sekali. Dibilang jam 9 pagi ya datang jam segitu. Mereka sangat menghargai setiap orang yang bekerja, teamwork-nya. Seperti tadi saat pemotretan, mereka sangat menghargai dan mendengarkan. Padahal mereka sudah sangat senior. Buat saya menjadi semangat luar biasa.
Apakah perkembangan musik mengalami kemajuan?
Menurut saya setiap tahunnya ada kemajuan, dari segi penyanyi dan masyarakatnya. Mereka benar-benar lebih tahu. Kalaupun datang ke konser-konser, mereka sudah siap, datang untuk melihat siapa. Jadi mereka sangat mengapresiasi sekali.
Karir Ruth Sahanaya kian bersinar seiring kesuksesannya memenangkan berbagai lomba tingkat nasional dan internasional.
Salah satunya pada Midnite Sun Song Festival di Finlandia pada 1992 silam.
Bagaimana bisa mengikuti Midnite Sun Song dan keluar sebagai pemenang?
Zaman dulu ada bung Chris Patikawa. Dia tergabung di satu wadah namanya Fidof. Lembaga itu beranggotakan semua musisi atau yang berkesian di seluruh dunia. Dia yang membawahi Indonesia dan yang memilih siapa saja yang ikut. Zaman dulu di atas saya sedikit, Harvey Malaiholo. Vina Panduwinata juga ikut festival di luar negeri. Itu sebenarnya satu wadah saja. Akhirnya meminta saya mengikuti festival.
Bagaimana melihat peran media dalam perjalanan karir anda?
Sangat penting. Kita saling berhubungan dan saling membutuhkan. Media jika tidak ada orang yang dipublikasikan enggak jalan. Kita tanpa media juga enggak bisa mempromosikan karya, jadi saling butuh. Tapi tetap harus saling pengertian. Harus ada kerjasama yang baik.
Tapi pernahkah merasa sakit hati karena pemberitaan yang menyudutkan?
Saya bersyukur, puji tuhan sampai saat ini belum ada yang membuat saya sampai sakit hati. Karena itu semua tergantung dari diri sendiri mau menanggapi seperti apa. Memang, kalau sudah keterlaluan atau menyangkut SARA dan sebagainya, itu mesti ditegur. Tetapi sejauh ini puji Tuhan hubungan saya dengan media masih baik.
Ruth Sahanaya tentang Cinta dalam Karya-karyanya
Industri boleh saja berubah. Tren musik tiap tahunnya selalu silih berganti. Meski begitu, Uthe tetap setia mengusung tema cinta di setiap lagunya. Bahkan di album terbarunya yang bertajuk Simfoni dari Hati.
Kenapa selalu mengusung tema lagu tentang cinta?
Karena memang itu yang umum dan universal. Dari masa ke masa dan tahun ke tahun orang membutuhkan cinta. Yang diperlukan adalah cinta. Cinta kan enggak cuma buat pasangan saja, bisa kepada sesama, anak, atau kepada Tuhan, jadi artinya luas. Kalau menurut saya yang menjual itu sih ya. Semua menyukai cinta, semua mencari cinta.
Total berapa lama perjalan karir anda sebagai penyanyi?
Saya mulai dari tahun 1986, berarti tahun ini sudah 30 tahun
Projek yang terbaru?
Merilis album terbaru, judulnya Simfoni Dari Hati. Lagunya masih berkisah seputar cinta dengan tema universal. Saya pikir lagu bertemakan cinta itu berjaya terus ya. Semua suka dari yang muda sampai yang tua.
Kapan rencana dirilisnya?
Nanti bulan Maret. Pokoknya nanti diundang deh pas rilisnya.
Ada rencana membuat konser merayakan 30 tahun berkarya?
Kalau Tuhan mengizinkan saya ingin tahun ini. Inginnya sih dari RSP Production, dari manajemen kita dimana Papa Jeff jadi manajernya. Ingin di bulan September pas ulang tahun saya. Karena tahun ini sudah berusia 50 tahun juga. Jadi tahun emas dan 30 tahun berkarya
Untuk persiapan konser sendiri?
Oh belum, masih dalam wacana. Karena semua itu kan enggak mudah. Kita harus cari sponsor yang benar, baik, dan benar-benar punya kemampuan membuat konser besar.
Kiprah 30 tahun Ruth Sahanaya telah memberikannya banyak pandangan tentang perubahan musik di era 90an hingga saat ini. Dengan berbagai wawasan dan keterbukaan yang ia terapkan dalam bermusik, Uthe akan selalu mencoba memberikan karya terbaiknya kepada para penikmat musik tanah air. Dengan cinta, seorang Ruth Sahanaya berharap bisa memberikan inspirasi sebagai salah satu diva terbaik di tanah air.