5 Tips Agar Traveling Jadi Lebih Bermakna ala Agustinus Wibowo

Asnida Riani diperbarui 29 Feb 2016, 12:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Bagi sebagian pelancong, traveling mungkin merupakan proses pendewasaan diri. Karenanya, pemilihan destinasi bukanlah poin tunggal untuk dipertimbangkan, melainkan juga tentang bagaimana cara membuat perjalanan jadi lebih bermakna. Ditemui Bintang.com di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (24/2), explorer sekaligus travel writer, Agustinus Wibowo, berbagi beberapa tips agar traveling tak sekedar 'jalan-senang-pulang'.

Komunikasi. Bukan termasuk kegiatan satu arah, traveling juga membutuhkan feedback. Luangkan waktu untuk duduk dan berbincang dengan penduduk lokal. "Inti dari perjalanan ini memahami roh sebuah tempat. Jadi tak mungkin hanya berdiri dan merenung," terang Agustinus.

Munculkan rasa ingin tahu. Poin ini sangat memungkinkan pelancong untuk memahami arah perjalanan dan apa yang hendak ditemukan di dalam prosesnya. Apakah tentang legenda, keluh-kesah, atau pun mimpi-mimpi terpendam. Temukan titik berat dari rasa ingin tahu agar pemahaman berujung pada pemaknaan.

Jangan terlalu sibuk. "Terkadang energi sudah habis dahulu karena mengejar tempat lain yang ingin dituju," tutur Agustinus. Kecenderungan ini berhubungan dengan kualitas komunikasi yang pada akhirnya akan memengaruhi pemaknaan. Jangan buat jadwal yang terlalu padat, sehingga bisa lebih menyatu dengan sebuah destinasi. Selain itu, hal ini juga bisa terkait pada kesehatan fisik yang tentu saja terbatas.

Batasi waktu dengan berbagai teknologi, termasuk ponsel pintar dan ketersediaan internet. "Saya menyadari hal ini saat kemarin meditasi 10 hari di Myanmar. Selama 11 jam, kita nggak boleh bicara, kontak mata, apalagi pegang smartphone," kata Agustinus. Bagaimana bisa fokus kalau sudah terlalu sibuk dengan 'dunia tak nyata'?

Punya waktu untuk diri sendiri. Karena traveling bukan berarti tak punya me time. Malah, poin ini jadi salah satu yang krusial. Setelah menghimpun semua perbincangan dan membentuk memori akan panorama alam, tinggalkan waktu untuk merenungi sumua hal. "Waktu itu, merenung ini saya manfaatkan dengan menulis diary," pungkas lelaki asal Lumajang, Jawa Timur itu.