Fimela.com, Jakarta Kebijakan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melarang stasiun TV ataupun Radio menyiarkan tayangan yang berhubungan dengan LGBT menuai pro kontra. Salah satunya aktor Tanta Ginting yang menilai, rusaknya prilaku seorang anak tak hanya dipengaruhi tayangan TV saja.
"Dikembalikan ke orang tua masing-masing sih. Orang yang enggak nonton TV, anak-anaknya jadi rusak juga. Bukannya gue bilang melambai oke, cuma itu karakter orang masing-masing dan menurut gue itu seni. Gue enggak suka KPI membatasi orang untuk berkesenian," ujar Tanta Ginting saat dihubungi lewat sambungan telepon, Jumat (26/2/2016).
Baca Juga
- Dimas Anggara Bersyukur Film London Love Story Sukses Tayang di Bioskop
- Ariel NOAH Tentang Joey Alexander dan Agnes Monica
- Penjualan Fisik Lesu, Eva Celia Tetap Pede
"Seni kan punya karakter masing-masing. Menurut gue, KPI mau gimana pun juga tetap harus pengawasan orangtua yang mendidik anaknya untuk nonton apa di TV. Ada atau tidak ada KPI, kalau misalnya orangtua enggak berperan banyak di kehidupan anak-anaknya, bakalan rusak juga," lanjut Tanta.
Melalui situs resminya, KPI menyatakan siaran TV yang menayangkan sosok LGBT melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) KPI tahun 2012. Sejak 13 Februari 2016, KPI membuat surat edaran untuk tidak menanyangkan lelaki dengan berpakaian, berprilaku, rias, gestur atau bahasa tubuh juga sapaan yang kewanitaan.
Tanta sendiri bingung dengan kebijakan KPI tersebut. Pasalnya, tanyangan seperti itu sudah ada sejak dulu dan tidak ada pengaruh yang signifikan bagi penonton. Justru dia menilai, pergaulan dan peran aktif orangtua yang berpengaruh besar terhadap prilaku anak.
"Dari zamannya Dono Kasino Indro, dari dulu juga ada, mereka berpakai cewek, melambai, terus ada Tessy. Pas kita gede aman-aman saja. Anak muda sekarang ini menurut gue bukan karena TV, tapi karena pergaulan, dari awalnya mereka di rumah. Seperti apa mereka dibesarkan," pungkas Tanta Ginting.