Bintang 3 Generasi, Acha Septriasa Siap Jadi Sutradara

Puput Puji Lestari diperbarui 17 Mar 2016, 07:56 WIB

Fimela.com, Jakarta Nama Acha Septriasa sudah dikenal luas sebagai salah seorang aktris papan atas di negeri ini. Namun Acha ternyata siap bermetamorfosis dari pemain film menjadi sutradara.

Tahun 2016 ini Acha Septriasa memutuskan untuk berhenti berakting. Tentu bukan keputusan yang mudah untuknya berhenti akting. Tanpa meninggalkan dunia perfilman, Acha bersiap menjadi sutradara.

*******

Berhasil mendapatkan Piala Citra sebagai Pemeran Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) pada 2012 lalu merupakan sebuah pencapaian yang besar bagi seorang Acha Septriasa. Namun siapa yang menyangka jika Acha telah memutuskan untuk berhenti berakting. Ya, kepada Bintang.com, wanita kelahiran Jakarta, 1 September 1989 ini mengungkapkan sebuah keinginan yang akan mengejutkan banyak orang.

Pembahasan santai tentang kecintaannya terhadap dunia akting mengawali obrolan Bintang.com bersama Acha Septriasa, satu dari 18 artis yang melakukan photoshoot spesial untuk perayaan ulang tahun pertama Bintang.com di SCTV Tower - Senayan City, Jakarta Selatan pada 18 Februari lalu.

Namun obrolan yang diawali dengan penuh keceriaan tersebut berubah menjadi sangat serius ketika pelantun Sampai Menutup Mata dan My Heart ini mengungkapkan keinginannya untuk mundur dari dunia akting.
Bermain apik dalam sejumlah film, sebut saja Heart (2006), Test Pack (2012), dan Nada untuk Asa (2015), Acha mengaku sudah lama menyimpan sebuah keinginan yang terpendam.

Tahun 2016 ini ia pun mengatakan bahwa dirinya siap untuk meninggalkan dunia akting yang telah membesarkan namanya demi mewujudkan mimpi terbesarnya itu. Beberapa upaya telah dilakukannya demi menjadi sutadara.

Pemilik nama lengkap Jelita Septriasa ini mulai terjun ke dunia hiburan saat menjadi GADIS Sampul 2004. Dia terjun ke dunia acting lewat film Apa Artinya Cinta? (2005), tampil sebagai pemain pendukung Shandy Aulia. Dia menjadi terkenal saat main film Heart bersama Nirina Zubir dan Irwansyah.

Hingga saat ini, 21 film layar lebar sudah dibintanginya. Berbagai genre sudah dicoba pula oleh Acha. Karena sering bersinggungan dengan film inilah, motivasi untuk menjadi sutradara tumbuh. Dan berikut ini adalah petikan wawancara Bintang.com bersama wanita yang akrab disapa Cha Cha tersebut.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Mundur dari akting

Acha Septriasa mengutarakan keinginannya untuk mundur dari akting. (fotografer: Nurwahyunan, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri, Wardrobe: Lotus, Make up: Stella Tjia-085646534959, Bintang.com)

Sebagai generasi film termuda dalam pemotretan Bintang 2 Generasi, Acha Sptriasa antusias mengikuti pemortretan untuk ulang tahun Bintang.com yang pertama. Acha awalnya berbincang santai tentang film, lalu menjadi serius ketika mengatakan rencananya mundur dari akting.

Mengapa tertarik ikut photoshoot Bintang 3 Generasi?
Karena memang kesempatannya ya karena kan langsung, nggak tahu di-calling aja sih. Dan saya sangat menghargai, maksudnya Bintang kan hari ini anniversary yang pertama terus fotonya bareng-bareng, rame-rame, 18 orang, terus mewakili insan film juga, jadi rasanya senang sekali dapat opportunity seperti ini dan meramaikan anniversary Bintang.

Ada persiapan khusus untuk foto ini?
Nggak ada sih, ini juga lagi hitam banget abis selesai syuting, jadi kayak lagi minder sendiri.

Film bagi seorang Acha, apa artinya?
Film buat saya, wah, sudah kayak proses pendewasaan pribadi saya secara karakter dan juga secara profesional, dan juga secara kepribadian saya sendiri, jadi lebih dewasa karena film-film yang saya mainin juga, karena setiap film pastikan ada benang merahnya, ada silver linings-nya, ada hikmahnya, jadi buat lebih dekat dengan masyarakat dengan apa yang kita sampaikan melalui message dengan media, yaitu film.

Boleh diceritakan awal mula terjun ke dunia film?
Masuk di dunia film sejak umur 16 tahun, sekarang saya kan sudah 27 tahun, jadi sudah 11 tahun yang lalu. Memang saya sendiri yang mau masuk ke dunia film, tapi kesempatannyakan tidak datang begitu saja, kebetulan ada tawaran dari Soraya Films, film Apa Artinya Cinta terus selanjutnya langsung film Heart. Nah, dari Heart itu loncatannya agak langsung dipermudah.

Hal tersulit yang dialami untuk menekuni film?
Karena dulu lagi kuliah aja si, tahun 2008-2009 memang saya kan nggak lagi banyak ada di Indonesia, kurang lebih bolak balik Malaysia-Jakarta aja, tapi yang sebisanya aja pada saat liburan. Jadinya filmnya nggak terlalu banyak waktu itu. Tapi setelah kuliah malah saya merasa kayak orang tuh belum tahu kalau saya sudah lulus. 2012 awal malah sempat desperate, kan lulusnya Desember 2011, itu kayak nggak ada tawaran, terus abis itu ditawarin sama Marcella Zalianti buat Rectoverso, abis itu datang Test Pack.

Nah, sebelum datang Test Pack saya tuh udah kayak saking mindernya pengen balik lagi, saya pengen kerja kantoran gitu, udah diterima di sebuah kantor. Karena Test Pack saya mau balik lagi, dari situ saya bisa dapat Citra dan memberikan saya kesempatan untuk kerjasama dengan sutradara yang lain-lain lagi.

3 dari 3 halaman

Film telah membentuk kepribadian Acha Septriasa.

Film telah membentuk kepribadian Acha Septriasa. (fotografer: Nurwahyunan, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri, Wardrobe: Lotus, Make up: Stella Tjia-085646534959, Bintang.com)

Film telah membentuk kepribadian AchaSeptriasa. Tapi siapa sangka, meskipun namanya sudah besar di film Indonesia, Acha sempat memutuskan untuk berhenti akting dan bekerja kantoran. Jeda akting saat kuliah membuatnya sepi tawaran, karena itulah Acha sempat berfikir untuk mundur.

Akting paling sulit selama ini apa?
Macem-macem kesulitannya, tapi kalau untuk selalu tingkatan kesulitan berbeda-beda itu pasti ada kemudahan juga yang pastinya udah kita pelajarin dari pengalaman kita yang sebelumnya. Cuma kayak Nada untuk Asa saya jadi orang yang menderita Aids itu agak susah. Terus untuk karakter yang nggak memiliki anak kayak yang ada di film Test Pack juga agak lumayan research-nya juga susah, cuma ada reading waktu itu karena Reza dapetnya hari terakhir, jadi H-3 kita baru ketemu lawan main, itu susah. Yang lain-lain next-nya banyaklah, ada Kartini, film action itu juga susah sih.

Siapa lawan main paling berkesan?
Emmm, lawan main, Abimana berkesan, Abi tuh udah kayak bapak saya, dia tuh bapak RT tahu gak si. Jadi, waktu itu pernah di New York lagi pulang malam, dia tuh nungguin di depan rumah udah kayak bapak saya, katanya, ”Darimana si pulang malem-malem?” Dia aktingnya juga bagus banget main sama dia tuh gancil, gampil.

Karakter paling sulit selama ini?
Pokoknya pas awal baru mau belajarnya pasti sulit, setelah dijalanin ternyata enggak. Jadi, semua karakter cukup sulit sih. Harus ada research, kayak film Kartini, film biopic pertama saya yang karakternya udah meninggal dari lama, karakter pahlawan ini memang agak sulit si, jadi Rukmini, adeknya Kartini.

Pernah memenangkan Piala Citra, apakah itu jadi pencapaian terbaik atau masih ada target lain yang ingin dicapai?
Saya nggak pernah nargetin, cuma paling nggak kayak harus selalu nggak obsesi banget, tapi yaitu semakin padi berisi, semakin merunduk juga, nggak usah terlalu obsesi, tapi paling nggak kita tahu bahwa langkah kita tuh selalu punya satu, selalu membekas buat orang yang nonton atau mungkin selalu diingat karakternya sampai kapanpun, pengennya gitu aja sih. Piala atau apa tuh nomor dua lah.

Lebih pilih film kamu dapat banyak penghargaan atau jadi box office?
Box office lah, kan dapat bonus. Iya dong kalo udah 750 ke atas dapat bonus.

Siapa aktris atau aktor panutan kamu?
Kalau untuk cantiknya tante Widyawati ya. Kalau untuk cita-citanya saya dulu terjun ke film karena Dian Sastro, ngeliat Dian di layar kaca itu pengen main film, akhirnya bisa main film bareng. Cuma kalau untuk yang sepanjang masa suka Christine Hakim.


Sampai kapan akan bermain film?
Nggak tau sampai kapan, cuma saya sebenarnya lagi pengen fokus jadi sutradara, jadi lagi jualan juga ke produser-produser kalau ada yang mau karena saya sudah ada script-nya. Jadi kayak pengen lebih jadi sutradara aja karena sebenarnya saya pengennya ada di belakang layar, ya kemarin ambil sekolah di belakang layar tuh memang karena pengen jadi director bukan karena jadi aktor, itu awalnya. Insya Allah 2016 mau di realisasikan, tapi setelah bulan September.

Di tahun 2016 ini Acha memang ingin lebih fokus mengejar mimpinya menjadi seorang sutradara, oleh karena itu ia rela meninggalkan dunia akting dan lebih memilih untuk berada di belakang layar. Tapi, bukan berarti dia tidak akan kembali berakting karena baginya akting adalah bagian dari dalam dirinya yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi.