4 Dialog yang Menjadi 'Nyawa' Film I am Hope

Regina Novanda diperbarui 22 Feb 2016, 17:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Ada yang spesial dari film I am Hope. Film yang dibintangi oleh aktris muda berbakat Tatjana Saphira ini dibuat sebagai bentuk kepedulian bagi para penderita kanker. Bahkan, sebagian profit dari film akan disumbangkan untuk mereka para pejuang penyakit terganas nomer satu di dunia tersebut.

Terinspirasi dari orang-orang yang penuh harapan akan hidup, film ini mengandung banyak dialog bernyawa yang menyentuh hati. Terlebih, para pemain yang terlibat betul-betul bisa menghidupkan emosi karakter dalam cerita dengan begitu apik. Setidaknya, ada empat dialog yang menjadi 'nyawa' dari film I am Hope versi Bintang.com.

"Kalau lo ngerasa mau mati, lo nggak akan buang waktu," Perkataan ini diucapkan oleh Maia, teman imajiner dari Mia yang diperankan Tatjana Saphira. Maia mengucapkan ini ketika psikis Mia benar-benar terganggu pada fase awal terditeksi penyakit kanker paru-paru. Adegan ini dikemas begitu emosional. 

"Kita nggak pernah bisa milih apa yang kita cintai, kita hanya bisa menjalaninya," Kalimat sederhana ini menggambarkan betapa simpelnya hidup yang dijalani oleh karakter David (diperankan Fachry Albar). Bagaimana ia memandang hidup dalam perspektifnya sebagai aktor teater. 

"Hanya ada dua tipe lelaki di dunia ini, brengsek dan bertanggung jawab," Begitu sayangnya Raja (Tio Pakusadewo) pada anaknya, Mia. Ia tak pernah rela anak perempuan semata wayangnya jatuh ke tangan lelaki yang salah. David pun beradu dengan logikanya dalam mencintai dan menjaga Mia yang divonis kanker.

"Jangan pernah takut gagal, karena di mana ada keberanian, di situ ada harapan," Kata-kata ini mungkin menjadi nyawa paling utama dari film I am Hope. Begitu luas dan mendalam arti ucapan ibu kepada anaknya ini. Sang anak, Mia pun selalu mengingat pesan dari mendiang ibunya yang telah berpulang karena penyakit kanker ganas.