5 Fakta Terduga Teroris Malang yang Perlu Kamu Ketahui

Karla Farhana diperbarui 22 Feb 2016, 12:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Kisah perjalanan terorisme di Indonesia ternyata tidak berhenti di Sarinah, Jakarta. Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap 6 terduga teroris di Malang, Jawa Timur, pada Jumat (19/2) malam. Drama penggerebekan di Jalan Raya Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang sempat membuat warga setempat heboh dan membincangkan salah satu terduga teroris yang dijemput paksa malam itu. 

Liputan6 menulis, ada enam orang terduga teroris yang diamankan Densus 88.Lima di antaranya ditangkap di Desa Ngijo Kabupaten Malang. Sementara, satu orang lainnya ternyata telah ditangkap beberapa hari sebelum penangkapan ini di wilayah Kota Malang. Berikut ini lima fakta tentang teroris Malang yang mungkin belum kamu ketahui. 

Danai kelompok dengan mencuri sepeda motor. Salah satu terduga teroris yang bernama Aidin Suryana alias Aji alias Abu Zilan. Ternyata, dia merupakan warga Kampung Ciketing, Rawamangun, RT 3/RW 1, Kelurahan Mustika Jaya, Bekasi. Aidin yang indekos di Jalan Margobasuki 2 Dusun Jetis Kecamatan Dau Kabupaten Malang, ditangkap dengan kasus pencurian motor. Polisi lantas mengendus ada indikasi pencurian tersebut dilakukan untuk kepentingan kelompok teroris. 

"Aidin ini ditangkap lebih dulu di wilayah Kota Malang karena kasus pencurian kendaraan bermotor dan terlibat dengan jaringan terorisme," kata Kapolres Malang, AKB Yudho Nugroho, kepada Liputan6, di Malang, Minggu (21/2/2016).

M Romli, aktor lama di dunia terorisme Indonesia. Salah satu terduga teroris yang ditangkap merupakan M Romli, yang pertama kali muncul ke permukaan pada 20 Juli 2014. Liputan6 menulis, saat itu dia mendeklarasikan kelompok Ansharul Khilafah di Masjid Jami Sulaiman Al-Husnaishil di Dusun Sempu, Desa Gading Kulon, Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Ia diduga menjadi koordinator kelompok yang terhubung dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Salah satu terduga teroris bekerja sebagai PNS.  Salah satu terduga teroris, Achmad Ridho Wijaya tercatat sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Perhubungan Kabupaten Malang. Meskipun begitu, Sekretaris Dinas Perhubungan Kabupaten Malang, Untung Sudarto mengatakan kepada Liputan6 Ridho tak pernah masuk kantor sejak Desember tahun lalu. Dia juga menyebutkan, sejak membantu selama tiga bulan di posko bantuan saat Gunung Kelud meletus 14 Februari 2014, perilaku Ridho sudah berubah. Dia tidak lagi mau salat berjamaah dan memilih untuk salat sendiri.

Sejumlah barang disita usai penggeledahan. Tim Densus 88 menggeledah empat rumah pelaku terduga teroris di Malang, Jawa Timur. Mereka mengumpulkan berbagai barang bukti untuk diperiksa dan diamankan. Barang bukti tersebut terdiri dari dua senapan, puluhan buku tentang Jihad, delapan sepeda motor, ponsel, celana taktikal, kaos bergambar jihad, parafin, sebuah dokumen berisi nama-nama mujahid, masih lainnya. Namun, kepada Liputan6, Kasat Reskrim AKP Adam Purbantoro mengatakan tidak ada bahan peledak yang mereka temui. 

Dengan mata tertutup, mereka dibawa ke Jakarta. Pada Minggu (21/2), siang hari, keenam terduga teroris diberangkatkan dari Markas Brimob Ampeldento Malang menuju Mako Brimob Kelapa Dua, Jakarta. Kepada Liputan6, Kapolres Malang AKBP Yudho Nugroho mengatakan, mereka dikirim ke Jakarta melalui jalur berbeda. Ada yang lewat jalur darat, ada juga yang melalui jalur udara dengan pengawalan ketat petugas. Saat dimasukkan ke dalam mobil, Liputan6 menulis, para terduga mengenakan baju tahanan berwarna oranye dengan tangan diborgol dan mata tertutup. 

What's On Fimela