Fimela.com, Jakarta Tak banyak alasan atau pertanyaan yang dilontarkan oleh Christine Hakim ketika mendapatkan tawaran untuk bermain dalam film berjudul Silet di Belantara Digoel Papua. Aktris senior ini langsung mengiyakan kala mengetahui cerita yang akan diangkat dalam film.
Christine mengatakan selama ini banyak film yang mengupas permasalahan Jakarta dan kota besar lainnya. Tak banyak peristiwa kemanusiaan atau kejadian yang dialami masyarakat Indonesia Timur seperti Papua diangkat dalam film.
Baca Juga
- Chicco Jerikho Sempat Mengalami Sakit Hati di Film
- Tempo Kejar-kejaran, Angel Tersenggol di D'Academy 3
- Para TNI yang Diam-diam Berbakat Jadi Penyanyi
"Permasalahan di daerah terpencil masih banyak. Hanya saja dokter yang nekat seperti dokter John ini jarang sekali. Perfilman jangan Jakartasentris, tapi film daerah juga berpotensi seperti di Papua juga," kata Christine Hakim di kediamannya, kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (4/2).
Papua bagi Christine merupakan anak perawan seksi yang mengundang banyak pihak untuk menggaetnya. Karenanya, banyak pihak asing yang mencoba untuk menguasai beberapa area, mengeruk dan memanfaatkan kekayaan alam di Papua demi meraup keuntungan.
"Papua seperti anak perawan seksi yang menarik banyak perhatian. Saya kira semua yang pernah ke Papua sangat mencintai pulau yang luar biasa itu. Keindahan, kekayaan, budaya dan masyarakatnya," tukas Christine.
Pemeran film Tjoet Njak Dien ini mengaku terakhir kali ke Papua sekitar 10 tahun lalu. Kerinduan akan alam Papua pun memanggilnya untuk ikut berperan dalam film yang diproduseri oleh dokter John Manangsang.
"Saya mau cari kesempatan kapan ke Papua lagi, terakhir 10 tahun lalu. Saya pun bermimpi ingin bikin sekolah seni di Papua, saya sempat riset. Saya lihat orang papua punya sense art yang luar biasa. Dari tari, lukisan dan lainnya. Makanya saya tidak banyak alasan menerima tawaran film Silet di Belantara Digoel Papua ini," tandas Christine Hakim.