Fimela.com, Jakarta Jika kamu pernah menonton film The Curious Case of Benjamin Button, kamu pasti mengetahui tentang penyakit kulit aneh dan langka yang dialami oleh Benjamin (Brad Pitt). Yap, Benjamin mengalami penuaan kulit secara dini. Rupanya, kisah serupa tak hanya ada di film. Melainkan di kehidupan nyata juga ada.
Baca Juga
Diwartakan oleh Mirror.co.uk, dua orang kakak beradik asal Ranchi, Jharkhand, India, Anjali Kumari (7 tahun) dan adiknya, Keshav Kumar (18 bulan) mengalami kondisi kulit yang langka seperti Brad Pitt di film The Curious Case of Benjamin Button. Kulit mereka keriput dan wajah mereka bengkak. Jauh dari tampak anak-anak seusianya.
Jika dilihat dari sisi medis, Anjali dan Keshav menderita penyakit langka bernama Progeria, yakni kelainan genetik yang menyebabkan tubuh tampak lebih tua dari usia sesungguhnya. Penyakit ini mudah dideteksi sejak anak-anak dengan ciri-ciri seperti lansia pada umumnya. Menurut dokter di sana, buah hati dari pasangan Shatrughan Rajak (40) dan Rinki Devi (35) juga memiliki penyakit yang disebut Cutis Laxa, yaitu penyakit jaringan kulit yang nggak bisa disembuhkan.
Anjali dan Keshav bukanlah sepasang sulung dan bungsu, melainkan ada satu lagi kakak Anjali yaitu Shilpi (11). Tak seperti kedua adiknya, ia tumbuh normal tanpa penyakit kulit aneh di tubuhnya. Akibat penyakit tersebut, Anjali dan Keshav kerap menadapatkan tatapan sinis dan ledekan dari orang-orang di sekitarnya.
"Aku tahu, aku berbeda dari orang lain seusia saya. Saya memiliki jenis wajah yang berbeda, tubuh yang berbeda, dan berbeda segalanya.. Saya memiliki wajah bengkak sedangkan yang lain tampak normal. Orang-orang selalu menatapku dan berkomentar buruk," ujar Anjali pada Mail Online.
Di sekolahan, Anjali mendapatkan julukan-julukan yang tak sepantasnya ia dapat dari teman-temannya. Seperti 'daadi Amma' (nenek), 'budhiya' (wanita tua), 'bandariya' (monyet), dan 'hanuman' (monyet bangsawan Hindu). Orang tua mereka sangat berharap untuk menemukan obat untuk buah hatinya, tetapi dokter di India telah mengatakan kepada mereka bahwa satu-satunya harapan mereka untuk normal adalah untuk mencari bantuan medis di luar negeri.
Sebagai orangtua, Shatrughan yang sehari-hari hanya bekerja sebagai buruh laundry dengan upah sekitar 800 ribu perbulan mengatakan bahwa ia pilu mendengar anaknya tiap hari dapat ejekan dari orang-orang. "Kami bermimpi ada obat untuk anak-anak kami. Orang-orang di sekitar kami memanggil mereka 'tua' dan itu memilukan. Kami sudah mencoba untuk mendapatkan bantuan dari dokter lokal, tetapi mereka telah mengatakan kepada kami bahwa satu-satunya harapan kami adalah dari luar negeri," kata Shatrughan kepada Mail Online.