Tak Pernah ke Luar Negeri, Pria Jambi Ini Terinfeksi Virus Zika

Karla Farhana diperbarui 02 Feb 2016, 20:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Ketakutan masyarakat Indonesia akan kemungkinan menyebarnya virus Zika yang telah menjangkit ribuan bayi di Amerika Latin belum juga reda. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, tulis Today Online, menyatakan pada Minngu (31/1), mereka telah menemukan seorang pria asal Jambi yang terinfeksi virus Zika. 

Teh Star menulis, menurut para peneliti Eijkman, pria yang berumur 27 tahun itu telah terjangkit virus Zika sejak tahun 2015. Mereka menemukan virus tersebut selama wabah demam berdarah yang melanda provinsi dari Desember 2014 hingga April 2015 melanda.

Wakil direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Herawati Sudoyo, mengatakan kepada salah satu media lokal dan dikutip The Star, mereka memeriksa sampel darah dari 103 pasien. Pada satu pasien, mereka menemukan virus Zika dalam sampel darahnya. 

"Kami diperintahkan untuk memeriksa sampel darah dari 103 pasien. Dalam satu pasien, kami menemukan virus Zika dalam sampel darahnya, "kata Herawati, seperti yang dilansir dari The Star. 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Andi Pada mengatakan kepada Liputan6, pria Jambi tersebut belum pernah ke luar negeri. Menurutnya, virus tersebut ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti yang juga merupakan vektor virus Dengue. The Star menulis, nyamuk ini dipercaya telah menyebar dari Afrika hingga ke Asia. 

Menurut SBS.com.au, pria tersebut yang terinfeksi Zika dengan tingkat keparahan yang sama seperti kasus di Brasil, telah dilarikan ke rumah sakit setelah menyampaikan berbagai keluhan kesehatan. Termasuk demam tinggi yang datang secara tiba-tiba, sakit kepala, dan tidak enak badan. 

Meskipun begitu, lembaga tersebut mengatakan kepada media yang sama, tak ada tanda-tanda khusus adanya infeksi virus Zika seperti ruam-ruam pada kulit dan konjungtivitis (mata merah). Penderita hanya menunjukkan sedikit gejala dan pulih dalam dua hari.  

Meskipun baru satu orang saja yang terinfeksi virus Zika, tapi Andi meminta masyrakat untuk tetap waspada seperti layaknya kasus demam berdarah dengue (DBD). "Sebagai antisipasi awal, kami minta masyarakat untuk waspada sama seperti kasus DBD. Mencegah berkembangnya jentik nyamuk DBD di lingkungan sendiri," imbuh Andi kepada Liputan6. Dia juga menambahkan, belum ada kasus Mikrosefali yang ditemukan di Indonesia, hingga artikel ini ditulis. 

What's On Fimela