Fimela.com, Jakarta Bagi Anda pencinta serial televisi, pasti sudah tak asing lagi dengan wajah Dimas Anggara. Mengawali karir dengan membintangi sebuah film televisi, Dimas akhirnya dapat dikenal masyarakat luas lewat aktingnya yang mumpuni. Satu per satu judul film televisi maupun sinetron berhasil dibintangi pria berdarah Jawa-Batak ini.
Dimas sebenarnya tak pernah menyangka dapat terjun di industri hiburan tanah air. Semua berawal dari ketidaksengajaannya saat sedang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Saat itu, Dimas ditawari untuk ikut casting sebuah film televisi berjudul Andai Mati Besok. Penampilan pertama Dimas rupanya langsung mencuri perhatian cukup banyak penikmat layar kaca.
Tawaran akting pun kian membanjiri pemilik nama lahir Dimas Anggara Moeharyoso tersebut. Meski karirnya di dunia hiburan semakin bersinar, namun Dimas tak pernah melupakan kewajibannya untuk menamatkan pendidikan. Pada 2012 silam, ia berhasil memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari sebuah Universitas terkemuka di Jakarta.
Baca Juga
- Dimas Anggara Menjadi Ambisius
- 'Percayalah', Afgansyah Reza Bangga Jadi OST London Love Story
- Eksklusif Barris, Dimas Anggara Cs Bersatu Lewat Pelukan Musik
Selain akting, Dimas juga memiliki ketertarikkan dengan dunia musik. Bersama tiga sahabatnya, pria kelahiran Jakarta, 10 September 1988 itu membentuk sebuah grup band bernama Barris. Menurut Dimas, musik dan akting adalah nyawanya. Ia tak dapat membayangkan hidupnya tanpa dua bidang seni tersebut.
Selama karirnya di dunia hiburan, Dimas berhasil membintangi enam judul film layar lebar. Yang teranyar, Dimas membintangi film drama romantis berjudul London Love Story. Dalam film arahan sutradara Asep Kusdinar itu, ia berperan sebagai Dave dan beradu akting dengan Michelle Ziudith.
Ini bukan kali pertama bagi Dimas berpasangan dengan Michelle. Jauh sebelum film London Love Story, ia sudah kerap dipasangkan dengan kekasih Marcell Darwin tersebut dalam sebuah film televisi dan sinetron. Bahkan, tahun lalu keduanya sukses mengaduk-aduk hati penonton lewat aktingnya di film Magic Hour.
Bagaimana cerita Dimas Anggara selama syuting London Love Story? Lalu, apakah Dimas pernah merasa bosan beradu akting dengan Michelle Ziudith? Seperti apa rencana Dimas untuk karirnya di bidang musik, akting dan bisnis? Simak hasil wawancara Regina Novanda dan Galih W. Satria dengan Dimas Anggara saat berkunjung ke kantor Bintang.com, Gondangdia, Jakpus, 18 November 2016.
Bisa jelaskan perannya di London Love Story?
Dalam film London Love Story, saya berperan sebagai Dave. Dia mahasiswa Indonesia yang kuliah di London. Dave tipe orang yang ambisius, juga misterius, punya background yang agak complicated. Dia yakin dengan pilihannya dan apa pun yang dipilih pasti dikejar sampai dapat.
Tantangan selama syuting?
Tantangannya dari segi karakter. Dave sangat berbeda dengan saya aslinya. Lumayan banyak yang harus saya pelajari untuk karakter ini dan juga proses syutingnya.
Selama di London ada pengalaman unik nggak?
Seru, sih. Mungkin karena saya suka jalan-jalan, jadi bersyukur juga syuting di London. Syuting di sana selama 10 hari. Kerja keras banget, tapi karena timnya sudah kompak dan kenal juga, jadi pas proses syuting enjoy saja. Nggak kerasa capeknya, pas sampai di kamar hotel baru capek.
Hal tersulit selama syuting di London?
Kalau saya pribadi nggak ada. Karena kebetulan juga suka cuaca dingin. Makanan suka, apa saja. Terutama yang ada bawangnya. Mungkin yang agak sulit secara perizinan ketika mau ngambil gambar. Karena nggak semua tempat mudah izinnya.
Pola tidur berubah nggak?
Enggak. Saya justru berubah pola tidurnya pas pulang ke Indonesia. Kalau pas di sana, aman.
Tak Pernah Jenuh dengan Michelle Ziudith
Bagaimana rasanya kembali dipasangkan dengan Michelle Ziudith?
Senang. Tapi enggak mudah juga. Sama saja seperti sebelum-sebelumnya (FTV dan fim Magic Hour). Apalagi kalau di film, kita masuk ke karakter baru. Jadi ketika saya bertemu Michelle di sini, dia jadi orang baru, begitu juga sama saya. Jadi saya harus bangun chemistry lagi pelan-pelan.
Cara bangun chemistry dengan Michelle?
Dari proses reading, coaching dan di luar proses itu pun, kalau kita ketemu sudah mulai memanggil dengan nama karakter yang diperankan di film.
Pernah merasa bosen nggak adu akting dengan Michelle?
Mungkin kalau bertemunya di sinetron bakal bosen karena bertemu untuk jangka waktu yang lama. Kalau film kan kita fokus sama karakter masing-masing juga.
Harapannya untuk film London Love Story?
Semoga bisa memberikan suasana yang baru bagi industri perfilman Indonesia karena dari background kota yang berbeda. Di sini kita men-combine, nggak hanya London, tapi juga Bali. Ketika di Bali banyak sweet scene dan banyak perbedaan dari yang sudah-sudah.
Bedanya Magic Hour dan London Love Story?
Selain dari sisi set, dari ceritanya juga berbeda. Di Magic Hour mungkin lebih ke dramanya. Kalau di London Love Story ini, selain drama, juga ada sisi lucunya, seru-seruan, dramatis dan misteriusnya.
Takut nggak sama kritikkan buat film London Love Story?
Kalau itu pasti ada. Terutama dipasangkan lagi dengan Michelle Ziudith yang sebelumnya main di film Magic Hour. Tapi kalau buat segi cerita, nggak takut (dikritik). Karena kalau penontonnya membuang Magic Hour dan masuk ke film ini, pasti dia nggak akan ngerasa kecewa. Kecuali kalau penonton mengharapkan ini lanjutan dari Magic Hour. Tapi kalau orang nggak nonton Magic Hour, nonton ini dia pasti dia akan melihat sesuatu yang baru dan berbeda.
Inginnya London Love Story lebih sukses dari Magic Hour?
Kalau harapan, iya ingin (lebih sukses). Pengennya lebih baik dari sebelumnya. Mudah-mudahan saja bisa diaktualisasikan dan direalisasikan.
Setelah London Love Story, project akting terdekat?
Belum ada. Kemarin sempat ada tawaran mau main film lagi, tapi karena ada schedule di musik, jadi prioritaskan musik terlebih dahulu.
Dari enam film yang pernah dibintangi, mana yang perjuangannya lebih keras?
Semuanya butuh perjuangan. Di film sebelumnya, saya juga harus mengulik karakter seperti di sini. Jadi nggak bisa bilang ini lebih keras. Dapat karakter baru, cari refrensi, coba kulik lagi, seperti mulai pelajaran baru lagi saja. Kerja keras lagi.
Apa bedanya syuting FTV, sinetron dan film?
Semuanya enak, mungkin karena suka kali ya. Hanya saja bedanya, kalau sinetron seiring berjalannya waktu, kita sudah menjadi karakter itu sendiri. Tapi kalau film, kita harus lebih bekerja keras dan fokus, serta stay dengan karakter itu.
Selama ini lekat main di film drama romantis, ingin coba genre lain?
Ingin. Kalau bisa semuanya, pengen thriller, action. Sejauh ini belum punya project film terbaru. Sekarang saya lagi fokus di musik.
Antara Akting, Musik dan Bisnis
Akting buat Dimas itu apa?
Akting adalah seni gerak dan psikologi. Dari sisi psikologi, karena kita mendalami karakter orang lain. Akting sekarang buat saya sebagai pekerjaan.
Arti musik buat Dimas?
Musik buat saya itu segalanya. Karena kalau lagi bosan, pasti dengerin musik. Begitupun kalau lagi senang, kita pasti dengerin musik, tentunya dengan genre berbeda. Tanpa musik, hidup kita pasti sepi.
Musik dan akting bagi Dimas seberapa penting?
Sama pentingnya. Karena keduanya sama-sama entertain. Cuma bedanya kalau akting, kita jadi karakter orang lain. Kalau musik, kita membuat sesuatu dari diri kita sendiri. Kita jujur. Sekarang sedang mempersiapkan album. Rencananya, bakal rilis Maret atau April tahun ini.
Kapan mulai jatuh cinta pada musik dan akting?
Kalau musik sudah dari kelas 2 Sekolah Dasar. Saat itu, saya sudah mulai tahu musik-musik yang disuka, beli kaset. Kalau akting, saya baru jatuh cinta itu 2007 ketika pertama kali masuk ke dunia ini. Awalnya nggak pede, tapi begitu bertemu dan diskusi dengan beberapa orang, jadi baru mengerti. Akting itu menarik dan gampang-gampang susah, kalau dapat klik-nya, sudah gampang, tapi kalau belum jadi susah.
Titik tersulit dalam berkarir di akting?
Ketika kita mendapatkan karakter yang sangat berbeda dari diri kita sendiri. Buat mengatasi itu, saya butuh orang lain buat diskusi. Biasanya director.
Selain musik, Dimas sekarang sedang menekuni bisnis?
Iya, sedang belajar bisnis. Dari awal memang sudah komitmen. Kalau di musik sudah serius, kita inginnya musik nggak cuma hobi, tapi juga bisa menjadi suatu prestasi buat kita. Lalu di film, karena ini per project, kita nggak pernah tau kapan kosong dan padatnya, jadi kalau lagi break syuting, dari pada nganggur jadi ke musik dan usaha. Karena basic-nya saya juga ambil kuliah Ekonomi, sayang saja kalau tidak digunakan.
Punya ketertarikan buat terjun di balik layar?
Ingin men-direct film sendiri. Sekarang masih belajar, tapi nantinya pengen men-direct film berbagai genre kayak komedi, action, thriller dan drama.
Punya keinginan untuk go international?
Pengen banget. Apa pun genre-nya. Pokoknya saya ingin go international seperti beliau-beliau sudah terlebih dahulu. Inginnya adu akting dengan Leonardo DiCaprio, Angelina Jolie, Bradley Cooper, Jennifer Aniston , Brad Pitt dan masih banyak lagi.
Harapan untuk karir Dimas ke depannya?
Semoga lancar, tidak ada hambatan. Walau hambatan itu pasti ada, sih. Ya harapannya, semoga segala rintangan yang saya hadapi bisa dilewati dengan baik.
Bagaimana kondisi perfilman Indonesia di mata Dimas?
Kalau saya bilang, kondisi perfilman Indonesia sekarang lagi bekembang pesat. Kalau dilihat dari sisi lokasi, Indonesia tak kalah bagus. Malahan Indonesia berani untuk mengeksplor dari yang lainnya. Yang saya lihat, dari beberapa liputan, film-film luar negeri juga nggak ngambil real set, kebanyakkan justru CGI, pakai digital. Mungkin hanya keterbatasan bahasa yang membuat Indonesia di situ-situ saja.
Lalu, seperti apa kondisi penonton film Indonesia?
Saya tidak bisa bilang kalau penonton Indonesia lebih banyak yang nonton film luar. Mungkin saja, film luar dari segi promo sudah internasional. Kalau Indonesia hanya sebatas sini aja. Mungkin hanya dari segi keterbatasan lingkup promosi. Yang saya lihat, penonton film Indonesia juga sudah cukup oke.