Fimela.com, Jakarta Kisah ini bermula ketika perempuan dengan kulit hitam terbakar, retak, dan latur diabadikan dalam sebuah potret. Bukan kebakaran apalagi kecelakaan lalu lintas, transformasi di tubuh yang sudah tak bernyawa itu disebabkan perlawanan terhadap tiga laki-laki yang ingin memerkosanya.
Adalah seorang fotografer, Smita Sharma, yang menemui jenazah perempuan malang yang kala itu kepergiannya diiringi oleh sanak keluarga dan kerabat. Menuturkan kepada Daily Mail, Smita sedikit terkejut ketika sang ibu mendiang malah menceritakan sederet kisah perempuan India, termasuk anaknya, yang jadi korban pemerkosaan.
Baca Juga
Tergugah, Smita akhirnya menceritakan kembali kisah pilu itu lewat sederet potret yang diabadikannya selama dua tahun terakhir. Bukan sekedar foto, karya ini merupakan 'suara' dari perempuan yang terlalu sering disalahkan akan aksi pemerkosaan daripada diperlakukan sebagai korban.
"Hendak kembali ke hotel setelah memotret salah satu gadis yang jadi korban pemerkosaan, beberapa tetangga sang pribadi malang ini, baik perempuan atau laki-laki, terlihat sedang duduk dan berbicara bahwa sang korban pemerkosaan adalah pribadi yang buruk," ujarnya kepada Daily Mail. Pernah suatu waktu Smita harus sampai berdebat dengan seorang pengacara.
Sambil menunjuk ke arah Smita, pengacara itu mengklaim bahwa fotografer asal India itu tak tahu apa-apa dan malah melebih-lebihkan di beberapa bagian. "Mereka itu berada di usia 12 hingga 40 tahun. Ini seks konsensual, bukan pemerkosaan," kenang Smita, seperti dilansir Daily Mail.
Berdasarkan data dari catatan kriminal di India, sebagaimana diungkapkan Smita, di dua tahun terakhir, jumlah korban pemerkosaan di India sudah mencapai angka 36.735 orang. Berbicara kepada Daily Mail, Smita mengaku, ia hanya ingin publik melihat korban pemerkosaan sebagaimana mestinya, bukan malah menganggapnya sebagai kriminal.