Fimela.com, Jakarta Kisah perjuangan ini bermula ketika pertempuran 'meletus' antara tentara Irak dengan anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Salahaddin, Tikrit, pada awal 2015. Berada di tengah medan pertempuran, rumah keluarga Ali Modhar jadi 'perlintasan' roket setiap hari.
Tak tahan. Ayah Ali memutuskan bahwa keluarganya harus meninggalkan Salahaddin untuk melarikan diri dari ISIS. Kepada Time, anak laki-laki yang baru berusia 13 tahun ini menceritakan kisahnya tentang bagaimana membangun hidup kembali di 'tanah asing'.
Baca Juga
Berada jauh di timur Irak, Khalakan sekarang jadi rumah bagi Ali dan keluarga. Setibanya di kota, Ali dan sang ayah langsung mencari pekerjaan. Malang tak dapat ditampik, ayah Ali tak jua mendapatkan pekerjaan karena tak bisa bahasa lokal. Sementara Ali berhasil memperoleh pekerjaan berkat info dari seorang teman, Emad, di toko daging.
Setiap hari, Ali bekerja mulai dari pukul 07.00 hingga 18.00. Jadi tukang jagal, Ali setiap harinya mampu menyembelih kambing dan domba sebanyak 10 hingga 12 ekor. Bekerja dengan jam yang begitu lama, Ali hanya mendapat bayaran 3.000 dinar (sekitar Rp. 37.000) setiap hari.
Jadi tulang punggung keluarga setelah melarikan diri dari ISIS, Ali mengaku rindu kepada kampung halaman, di mana ia bisa sekolah dan bermain bersama anak-anak seumurnya. "Sudah delapan bulan sejak kali pertama aku pindah, namun rasanya seperti bertahun-tahun," ujarnya kepada Time.