Fimela.com, Jakarta Ketika explorer sekelas Agustinus Wibowo pernah merasa kecil di hadapan Everest, sensasi serupa mungkin juga bisa dicicip di Lembah Harau. Memang bukan julangan gunung setinggi 8.848 meter di atas permukaan laut, namun kengkungan bebatuan granit nan posesif lah yang akan menyambut di lembah paling subur di Harau, kabupaten Lima Puluh Kota, provinsi Sumatera Barat ini.
Bak negeri dongeng, panorama lembah ini memang jauh dari kata padat, ramai, dan sibuk. Bentangan hijau yang sesekali diselingi warna-warni dari batu dan rumah lah yang sanggup memanjakan mata. Seakan ingin berjalan selaras dengan sang alam, ritme kehidupan di sini berjalan dengan begitu santai.
Baca Juga
Berjarak perjalanan sekitar satu setengah jam dari Bukittinggi, tak hanya pegunungan batu sambung-menyambung yang ada di Lembah Harau, melainkan juga air terjun dengan tinggi sekitar 100 meter. Di angan, hembusan angin sejuk khas pegunungan dengan harmoni aliran air yang begitu membius seketika menyeruak.
Ternyata bukan bangunan saja yang bisa menyabet predikat megah. Berada di tengah Lembah Harau, kesan megah dari alam dengan nuansa yang belum pernah dicicip pun bisa memberi perspektif lain akan megah itu sendiri. Dijukuli sebagai taman nasional Yosemite-nya Indonesia, Lembah Harau memang punya topografi yang menyimpan banyak kejutan.
Bagi beberapa pelancong, intim dengan Lembah Harau diperoleh kala melakoni panjat terbing. Ya, tempat ini memang punya beberapa titik panjat tebing dengan sisi kemiringan hampir 90 derajat. Kalau enggan, pesona destinasi yang ada di antara Sumatra Barat dan Riau ini pun bisa dinikmati dengan menempuh jalur pendakian yang akhirnya akan memberi panorama Lembah Harau secara keseluruhan.