Fimela.com, Jakarta Tampil paling akhir di tahun 2015, film Ngenest: Kadang Hidup Perlu Ditertawakan menjadi kuda hitam di perfilman Indonesia. Film besutan Ernest Perkasa ini mulai ditayangkan 30 Desember 20015. Situs filmindonesia.or.id mencatat film produksi Starvision Plus ini mendapat 550.667 pada 11 Januari 2016.
Pencapaian tersebut juga diikuti dengan masuknya film Ngenest dalam daftar 10 film teralaris 2015 di urutan kedelapan. Jika bertahan hingga libur Tahun Baru Cina, pencapaian satu juta penonton bukan tidak mungkin bagi film ini. Pasalnya film Ngenset mengangkat diskriminasi yang dirasakan oleh etnis Cina di Indonesia.
Baca Juga
- Kai, Instagram Baru, dan Comeback-nya EXO
- [Music Bio] Kai EXO
- Deretan Selebriti dengan Busana Terburuk di Golden Globe Awards 2016
Kisah hidup Ernest (Kevin Anggara/Ernest Prakasa) sebagai keturunan Cina menjadi dasar cerita. Dia tidak pernah memilih bagaimana ia dilahirkan. Tapi nasib menentukan, ia terlahir di sebuah keluarga Cina. Tumbuh besar di masa Orde Baru dimana diskriminasi terhadap etnis China masih begitu kental. Bullying menjadi makanan sehari-hari.
Ia pun berupaya untuk berbaur dengan teman-teman pribuminya, meski ditentang oleh sahabat karibnya, Patrick (Brandon Salim/Morgan Oey). Sayangnya berbagai upaya yang ia lakukan tidak juga berhasil, hingga Ernest sampai pada kesimpulan bahwa cara terbaik untuk bisa membaur dengan sempurna adalah dengan menikahi seorang perempuan pribumi.
Ketika kuliah di Bandung, Ernest berkenalan dengan Meira (Lala Karmela). Meski melalui tentangan dari Papa Meira (Budi Dalton), tapi akhirnya mereka berpacaran. Dan kemudian menikah, dengan adat Cina, demi membahagiakan Papa dan Mama Ernest (Ferry Salim dan Olga Lidya). Film Ngenest: Kadang hidup perlu ditertawakan merupakan film pertama yang disutradarai Ernest Prakasa.