Fimela.com, Jakarta Sudah cukup lama Budi Anduk mengidap penyakit paru-paru. Namun sikapnya yang keras dan ogah ke rumah sakit, membuat kondisi kesehatannya semakin memburuk. Bahkan sikap itu yang disesalkan oleh Jaeni Sukandar yang merupakan kakak Budi Anduk.
"Almarhum ini orangnya keras. Dia lebih percaya untuk berobat alternatif. Sama dokter dan rumah sakit itu dia paling takut. Sakitnya sudah tahunan. Kita sudah kasih saran checkup. Cuma ya akhirnya ya begini," ujar Jaeni Sukandar di rumah duka, kawasan Jatiwaringin, Bekasi, Senin (11/1/2016).
Baca Juga
Bukan sekadar takut, Budi termasuk anti terhadap rumah sakit dan dokter. Diakui Jaeni, pernah sekali waktu, almarhum mengancam seorang dokter yang hendak mengambil sampel darahnya. "Kalau dengar rumah sakt dan dokter dia paling takut. Pernah mau diambil darah saja, entah apakah dia bandel, dia sampai bilang ke dokternya, 'awas kalau ambil darah gue, gue tampol," kenang Jaeni mengutip ucapan Budi kala itu.
Sebenarnya keluarga tak masalah jika Budi menempuh pengobatan alternatif. Hanya saja harus dibarengi pengobatan secara medis. Padahal Budi sempat rawat jalan di rumah sakit Dharmais.
"Tapi karena dia ngambil keputusan lain, ya enggak mau meneruskan berobat itu. Kecewa juga karena sudah kita urus tapi enggak mau. Kita kasih saran lagi, boleh ke tempat lain tapi kan perlu tindakan medis juga," tukas Jaeni.
Budi Anduk meninggal dunia di rumah sakit Dharmais, Jakarta Barat pukul 14.15 WIB lantaran penyakit kanker paru paru yang diidapnya. Usai disalatkan di masjid dekat kediamannya, Budi dimakamkan di TPU Kemang, Jakticempaka, Bekasi, dekat pusara ibunya.