5 Alasan Mengapa 'Traveling' Sanggup Bantu Kamu 'Move On'

Asnida Riani diperbarui 08 Jan 2016, 13:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Move onsatu kata familiar yang mudah dikatakan, namun sulit dilakukan oleh sebagian orang. Kalau ditanya faktor mengapa tak juga bisa move on, mungkin panjang jawabannya akan menyaingi sungai Amu Darya di Asia Tengah sana. Meski demikian, setidaknya kamu tahu apa yang menghalangi "niat baik" tersebut.

Kala solusi dirasa sudah buntu, mungkin malah sederet hal lumrah yang bisa mengatasi kegundahan hati, traveling misalnya. Ya, kegiatan yang masuk dalam kategori wajib bagi beberapa orang ini memang (tak diragukan lagi) sanggup hadirkan nuansa berbeda. Supaya makin yakin, simak dulu alasan-alasan berikut.

Bentangan pemandangan berbeda. Keluar dari tempat "biasa" tentu jadi satu solusi untuk mengendalikan memori dengan cara menyenangkan. Supaya lebih efektif, pilih destinasi yang belum pernah disambangi sebelumnya. Panorama memesona yang menyita perhatian tentu jadi latihan tepat untuk sedikit demi sedikit melepaskan yang sudah seharusnya tak "digenggam" lagi.

Bertemu dengan orang baru. Bagaimana bisa tetap dirundung pilu kala percakapan dengan orang lain terasa begitu seru? Tak hanya travelmate, perbincangan pun bisa terjadi dengan penduduk lokal. Meski tak secara langsung, mungkin satu-dua wejangan akan hidup bisa didapatkan demi pengambilan keputusan yang lebih bijak di masa mendatang.

Punya banyak waktu untuk berpikir. Biasanya, rutinitas membuat seseorang tak lagi punya waktu untuk diam sejenak untuk berpikir tentang banyak hal. Kalau pun bisa, mungkin tak sedalam ketika traveling. Berada di atas perahu tongkang atau puncak gunung megah, renungan bisa berujung pada makna berbeda.

Mencicip pengalaman baru. Memang tak bisa lupa, namun pergeseran prioritas atas satu kenangan tentu bisa berubah. Mungkin salah satu cara paling efektif, yakni dengan menjajal berbagai hal baru yang belum pernah dilakukan sama sekali. Misalnya ketika traveling bisa mencoba diving untuk kali pertama atau melakukan sederet petualangan yang sarat akan ketegangan.

Lebih mengenal diri sendiri. Entah mengapa, traveling terkadang punya sentuhan ajaib berupa rasa lebih mengenal diri sendiri. Pada saat-saat seperti itu, sepertinya Shakespeare benar bahwa dunia punya musiknya sendiri bagi mereka yang mendengarkan. Seakan semua solusi secara ajaib diberikan oleh alam, baik lewat panorama, mau pun manusia.