Zidane, Pesepak Bola Legendaris yang Puasa Selama Pertandingan

Asnida Riani diperbarui 08 Jan 2016, 08:53 WIB

Fimela.com, Jakarta Kota "hampa" di mana debu memenuhi hampir setiap jalan adalah rumah bagi Zidane kecil. Ya, pinggiran kota Marseille, Perancis, memang dikenal sebagai tempat tinggal bagi imigran generasi pertama atau kedua di tahun 50 dan 60-an. Meski keadaan lingkungan lokal tak bisa dikategorikan baik untuk membesarkan anak, namun Zidane kecil tetap tumbuh menjadi pribadi yang matang.

Tak ada yang mengatakan mudah. Demi meraih sederet pencapaian yang membuatnya kini disebut-sebut sebagai salah satu pemain sepak bola terbaik, berbagai tantangan harus ditaklukan oleh laki-laki kelahiran 23 Juni 1972 itu. Mulai dari isu agama, hingga politik, semua pernah menerpa sosok yang akrab disapa Zizou tersebut.

Sebagaimana dimuat The Gurdian, keluarga Zidane pindah dari Algeria ke Perancis di tahun 1950. Orangtua Zidane menempati rumah yang citranya jauh dari kata baik di kalangan imgran. Fakta bahwa mereka penganut Islam pun kian mempersulit hidup. Tumbuh sebagai minoritas tak membuat Zidane kecil mengurungkan niat untuk merealisasikan mimpi besarnya.

Bukan berarti sang pesepak bola legendaris tak mendapat dukungan dari negara asalnya. Ketika Perancis kampiun sebagai juara pertama di Piala Dunia tahun 1998, pujian atas Zidane "meledak" seketika. Meski sempat dihadapkan pada argumentasi politik rasial, namun langkah Zidane untuk meniti karier di luar Perancis sudah tak terbendung lagi.

Dimuat oleh Hollowverse, Zidane yang kala itu masih aktif menjadi pemain sepak bola tetap menjalankan kewajibannya sebagai muslim, yakni salat, serta puasa di bulan Ramadan walau serangkaian pertandingan harus dihadapi. Karena bagi Zidane, Islam adalah salah satu aspek yang membentuk identitas dirinya.