5 Hal yang Harus Kamu Tahu Soal Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Gadis Abdul diperbarui 05 Jan 2016, 09:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Pasar bebas Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhirnya sudah diberlakukan. Itu artinya, baik para pekerja atau produk-produk asal negara-negara Asia Tenggara dapat bebas keluar masuk Indonesia, begitupun sebaliknya. Pertanyaannya apakah bangsa ini sudah siap bersaing dengan negara-negara tetangga?

Banyak yang optimistis, ada juga yang tidak. Tapi, mau tidak mau persaingan sudah ada di depan mata, dan masyarakat Indonesia harus siap menghadapinya. Selain memperbaiki kualitas produk lokal, sumber daya manusia (SDM) tentu saja juga harus ditingkatkan kemampuannya. Dan berikut ini adalah 5 hal tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang perlu kamu tahu.

Pertama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bukanlah sebuah rencana yang baru-baru ini dibuat, karena MEA sudah direncanakan sejak satu dekade lalu. Para pemimpin negara-negara ASEAN pun akhirnya memilih tahun 2015 sebagai awal dari diberlakukannya pasar tunggal di kawasam Asia Tenggara.

Kedua, ini adalah satu hal yang paling banyak ditanyakan oleh orang-orang Indonesia, apakah keuntungan MEA untuk negara-negara yang tergabung didalamnya? Setidaknya ada 600 juta manusia yang tinggal di Asia Tenggara dapat meningkatkan kesejahteraan mereka masing-masing karena lapangan kerja baru yang tersedia semakin banyak.

Ketiga, sebagian produk lokal telah mendapatkan tempat di negara-negara Asia Tenggara, itu artinya bukanlah hal yang sulit untuk menjual produk lokal kita. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Presiden Jokowi. “Seperti keripik sudah masuk ke Korea. Sarung masuk ke semua negara. Contoh-contoh seperti itu, produk kita bersaing, ada produktifitasnya. Sukur kripik kita masuk ke Korea. Saya takut keripik lain masuk ke Indonesia, makanya yang punya daya saing masuklah ke negara lain," jelas Jokowi seperti dikutip dari Liputan6.com.

Keempat, Indonesia memang masih perlu memperbaiki diri karena kita akan mengalami beberapa hambatan dalam menghadapi MEA, yakni mutu pendidikan tenaga kerja Tanah Air bisa dibilang masih sangat rendah. Faktanya hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia. Hambatan lainnya adalah ketersediaan dan kualitas infrastruktur yang kita miliki belumlah cukup, dan hal tersebut nantinya pasti akan mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa.

Kelima, Indonesia harus siap menghadapi serbuan produk-produk impor yang sepertinya sudah sangat diterima dengan baik oleh masyarakat di Tanah Air. Bukan hanya peningkatan kualitas SDM, pemerintah juga tentunya harus membuat sebuah strategi jitu dalam sektor industri dan infrastruktur. 

 

What's On Fimela