Eksklusif, Brianna Simorangkir dan Penulis Rahasia di Album Debut

Nizar Zulmi diperbarui 30 Des 2015, 08:07 WIB

Fimela.com, Jakarta Begitu mendengar nama Brianna Simorangkir, sebagian orang mungkin akan mengaitkannya dengan penyanyi Sammy Simorangkir yang lebih dulu terjun di industri musik. Meski sama-sama mendalami dunia tarik suara, keduanya nyatanya hanya berbagi nama marga yang sama sebagai keturunan Batak.

Namun hal tersebut tak membuat Brianna merasa terganggu. Penyanyi pendatang baru yang telah malang melintang di Pulau Dewata, Bali ini justru mengaku sebagai pengagum sosok mantan vokalis Kerispatih tersebut.

Lain Sammy, lain juga Brianna Simorangkir. Tak hanya ingin dikenal sebagai penyanyi, Brianna Simorangkir juga ingin memasuki musik dan industri lebih dalam lagi. Perempuan kelahiran Denpasar, Bali ini di satu sisi punya hasrat besar untuk menuangkan idenya sebagai pencipta lagu, alias songwriter.

Karena itulah, materi yang ia tawarkan di album debut ISTANA bukanlah hal yang biasa-biasa saja. Memiliki basic dan influence musik jazz, soul dan klasik, Brianna mencoba menawarkan musik yang 'tidak ringan' sebagai awalan.

Bukan tanpa kendala, Brianna Simorangkir yang sempat melewati beberapa tahun pendidikan di Sydney, Australia harus menghadapi sejumlah tantangan yang bisa saja membuatnya pesimis, salah satunya kendala bahasa. Namun hal itu tak pernah menjatuhkan semangatnya, karena ia punya seorang co-writer misterius yang menemani langkahnya.

Membahas keunikan ISTANA dan cerita di balik pembuatannya, Brianna Simorangkir mencurahkan segala cerita seru, unik dan berkesan tentang kariernya di industri yang belum lama dimulainya. Berikut hasil wawancara eksklusif Bintang.com bersama Brianna Simorangkir, penyanyi blasteran yang juga pernah berkolaborasi dengan Superman Is Dead (SID) selengkapnya.

2 dari 3 halaman

Penulis Misterius di Balik Album Istana Brianna Simorangkir

Punya passion besar sebagai singer songwriter, Brianna Simorangkir tuangkan kreativitas di album debut bersama seorang penulis rahasia. (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Tak mudah bagi Brianna Simorangkir untuk memulai kariernya sebagai penyanyi baru. Meski di tahun 2015 ini minat masyarakat Indonesia terhadap solois lebih besar, bukan berarti Brianna dengan mudah memasuki industri. 

Selain terkendala dari segi bahasa, Brianna Simorangkir juga ingin menuangkan sisi kreatif yang menggambarkan karakternya di album debutnya ISTANA ini yang mungkin tak se-catchy karya-karya yang sedang marak saat ini. Namun Brianna nothing to lose dalam usahanya menjadi seorang penyanyi 'industri'.

Sejak kapan seorang Brianna Simorangkir jatuh cinta pada dunia tarik suara?

Aku lahir dan besar di Bali sampai umur 12. Setelah itu baru pindah ke Sydney untuk masuk ke high school. Dari kecil emang suka nyanyi sih. Saya kan datang dari keluarga Batak, jadi setiap ada acara keluarga kita selalu ada musik. Udah jadi second nature aja, nggak kepikiran kaya yang 'oke, ini mau aku jadiin karier aja', it just happened naturally.

Kamu kan juga menulis lagu di album ISTANA, bagaimana cerita awalnya?

Nah, jadi dari kecil aku suka bange nulis lirik atau cerita lah. Tapi malu banget nggak pernah kasih tunjuk ke temen atau keluarga karena spelling aku parah banget waktu itu. Aku lebih lancar nulis lagu bahasa Inggris, jadi aku perlu belajar kemampuan songwriting dalam bahasa Indonesia. Album ini agak ribet sih bikinnya. Jadi di album ini fifty-fifty (50 Indonesia, 50 Inggris). Bahkan lagu-lagu berbahasa Indonesia di album ini lirik aslinya aku buat dalam bahasa Inggris, yang kemudian diterjemahkan oleh Mas Abdul dari Abdul and The Coffee Theory.

Siapa aja yang terlibat dalam pembuatan lagu-lagu di album kamu ini?

Seperti yang aku bilang tadi, ada Mas Abdul. Ada salah satu penulis dari Australia yang nulis Second Rate Love, yang pernah ikutan X-Factor Australia, namanya Barry Conrad. Lalu di lagu Protocol aku co-write sama salah satu produser yang juga menggarap lagu ini, jadi kita tulis bersama. Kalau lagu-lagu lain aku yang nulis,  kaya Not Into You, Alive. Di lagu Hati Memanggil Namamu ada secret writer yang nulis, nggak boleh disebut namanya. It's a mystery of the album, supaya penasaran.

Sejauh mana sih peran penulis misterius ini? Apakah dia terlibat juga di lagu Istana yang terkesan 'dark'?

Jadi lagu itu aku tulis dalam bahasa Inggris dulu, kemudian diterjemahkan oleh my secret writer. Lumayan terkenal dia di sini, tapi aku nggak bisa sebut, dia orangnya emang gitu, sangat dark. Lirik-liriknya dia emang sedikit intens, terkenal untuk membuat lirik yang seperti itu lah. Lagu ini emang berat karena menceritakan tentang long distance, yang sedih, kesepian. Jadi aku ingin membuat lagu ini menuangkan perasaan itu ke dalam melodi dan lirik, jadi wajar kalau lagu itu terasa berat dan kerasa depressing.

3 dari 3 halaman

Dari rumitnya musik jazz hingga cadasnya SID

Punya passion besar sebagai singer songwriter, Brianna Simorangkir tuangkan kreativitas di album debut bersama seorang penulis rahasia. (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Musik telah menjadi bagian dari hidup Brianna Simorangkir. Sempat tergabung dalam grup band yang berkiblat jazz kental, Brianna tertarik dengan berbagai jenis musik lain. 

Pengalaman bermusik itu yang membuatnya masih belum puas untuk terus berkarya dan mencari jati dirinya sebagai pecinta melodi dan syair bermakna. Termasuk kolaborasinya bersama SID yang takkan terlupakan bagi Brianna hingga detik ini.

Sebelum melangkah sebagai penyanyi solo, perjalanan musik kamu seperti apa?

Freedom Jazz adalah band pertama aku. Dulu aku bikin band jazz sama om-om aku. Soalnya dulu aku nyanyi di kaya elite restaurants gitu. Ya gitu, dulu aku genrenya jazz banget, agak sedikit ngerock juga sih. Anggotanya terdiri dari temen-temennya bapak semua. Tapi itu pengalaman yang sangat menyenangkan soalnya aku sama musisi-musisi Bali yang paling top. Jadi aku belajarnya banyak banget dari mereka. 

Lalu bagaimana ceritanya akhirnya bisa kolaborasi bareng SID?

Jadi sebelumnya aku sebelumnya ngeband sama salah satu band rocakbilly pertama di Indonesia, namanya Suicidal Sinatra. Kita sempat rekam beberapa lagu, dan dari situ Bobby denger aku, saat itu juga lagu Sunset Di Tanah Anarki baru dibikin. Dia bilang kayanya aku cocok untuk lagu ini. Lalu aku diundang lewat seorang teman, bukan dari mereka langsung. Jujur aja awalnya aku nggak kenal dan tahu wajah mereka, karena aku kan lama sekolah di Sydney. Aku dapet waktu seminggu untuk pelajarin lagunya, trus satu bulan setelah itu langsung diajak touring. 

Gimana rasanya touring bareng SID yang punya ribun penggemar fanatik?

Pengalaman sama mereka bisa digambarkan dengan dua kata sih, luar biasa! Aku dulu naif banget waktu diajak touring. Kirain konsernya di Bedugul atau di daerah Bali, tapi ternyata di Surabaya. Jadi performance pertamaku di Surabaya, itu momen pertama nyanyi di depan ribuan orang. Hari itu aku hampir pingsan, udah didorong ke panggung gitu, aku kaya yang 'nggak bisa nggak bisa'. Dan aku ngerasa nervous kaya gitu selama kurang lebih 10 kali manggung, masih kaya gitu. Tapi overall pengalaman berkolaborasi bareng mereka sangat terasa spesial buat aku.

Setelah jazz yang kental, rockabilly dan punk rock, warna apa sih yang tertuang di album debut kamu sebagai solois?

Genrenya lebih ke pop jazz, dan ada sentuhan EDM gitu sih. Jadi awalnya aku sama om Yopie Item ingin membuat album pure jazz, karena label nemuin aku di Java Jazz 2012. Tapi setelah didiskusikan lebih lanjut, kayanya aku harus bikin lagu-lagu yang lebih ke umur aku. Sempat agak kesulitan, ngirim beberapa lagu jazz dan dianggap kurang sesuai. Terus aku coba bikin sesuatu yang lebih pop, dan jadilah yang seperti ini.

Apakah kamu merasa kurang terwakili karena keinginan label tersebut?

Iya dan nggak sih. Setiap pengalaman selalu berharga buat aku, ada proses pembelajaran yang aku dapet dari situ. Jadi walaupun mungkin album ini bukan 100% Brianna, aku bangga dengan album ini dengan bantuan temen-temen deket. Walaupun rekamannya cukup mendadak, aku menikmati setiap prosesnya. Aku tahu mungkin kedepannya aku bisa bikin yang lebih 'aku'. Tapi aku suka sama lagu-lagu di album ini, kalau nggak suka aku nggak bakal rilis.