Fimela.com, Jakarta Gayanya yang cuek namun tetap hangat kepada siapapun membuat tiap orang tertarik untuk berbincang-bincang dengannya. Dia adalah Yati Surachman, aktris gaek yang sudah malang melintang di dunia seni peran. Meski sarat akan pengalaman dan prestasi, namun dia tetap merupakan sosok yang rendah hati.
Yati mengaku cinta dengan dunia akting. Karenanya wanita 59 tahun itu masih tetap aktif meski usianya sudah terbilang senja. Pasalnya, dengan terus berakting menjadi cara Yati mensyukuri bakat yang sudah dikaruniai Tuhan kepadanya.
"Loh ini dalam rangka menikmati hidup. Paling tidak mesyukuri yang diberikan Tuhan. Lagian pekerjaan di dunia film itu enggak ada pensiunnya," ungkap Yati Surachman saat ditemui di Studio Persari, Jakarta Selatan, Sabtu (19/12/2015).
Baca Juga
- Kolaborasi dengan Anak Muda, Iwan Fals Dapatkan Ilmu Baru
- Ariel NOAH Tampil Penuh Emosi di Video Teaser 'Yang Terlupakan'
- Jadi Banjar, Arifin Putra 'Rebutan' Wanita di Film Negeri Van Oranje
Keriput di wajah Yati pun seolah menjadi tanda perjalanan panjangnya menapaki karir. Dia rela meninggalkan pekerjaan di Pertamina karena kecintaannya terhadap akting. Padahal, di zaman itu tidak sedikit orang yang ingin menjadi karyawan di sana.
"Kebetulan bapak mantan karyawan di situ, jadi dapat kesempatan masuk. Dari situ ada yang ajak main film. Kalau dulu kan bisa nitip absen, lama-lama enggak enak juga makan gaji buta. Akhirnya memilih keluar. Sampai-sampai bos datang ke rumah dan bilang, 'kamu bego atau apa sih, orang pada ingin masuk Pertamina ini malah minta keluar'," kenang Yati mengutip ucapan bosnya kala itu.
Nama Yati Surachman mencuat seiring kesuksesannya membintangi film Perawan Desa. Berkat aktingnya tersebut, Yati menyabet penghargaan sebagai The Best Actress Festival Film Asia Pasifik. Mulai dari situ, ia merasakan kepuasan batin menjadi aktris. Sebelum terjun di akting, Yati lebih dulu mencicipi dunia tarik suara.
"Di film itu saya dapat kepercayaan jadi Sum Kuning. Saat saya dapat peran utama itu saya dapat piala Pasifik, makanya gue tinggalin nyanyi. Padahal secara duit nyanyi lebih oke zaman itu, tapi kepuasan batinnya ada di situ (akting)," ungkapnya.
Masih tergambar jelas di benaknya saat pertama kali menerima honor aking di film Inem Pelayan Seksi tahun 1976. Dia mengaku mendapat bayaran Rp 150 ribu. "Dari situ gue minta Rp 20 ribu ke nyokap buat ngajak teman-teman sekolah makan bakso di Gondangdia," katanya.
Yati mengatakan, perbedaan industri film dulu dan sekarang sangat jelas berbeda. Terutama dari segi yang memudahkan siapapun memproduksi sebuah film. Hanya saja, kecanggihan itu tidak dibarengi keinginan belajar yang kuat dari sumber daya manusia itu sendiri. "Masih banyak yang enggak mau belajar," ucap Yati menilai.
Selain bakat, lanjut Yati, atittude juga termasuk faktor penting bagi seorang artis menekuni karir di panggung hiburan. Tak heran jika Yati masih kebanjiran job akting hingga sekarang ini. "Harus peduli, tidak boleh egois dan jujur. Film itu kerja team. Kalau terlambat, bisa mengganggu banyak orang," pungkas Yati Surachman.