Tadinya Kuli Bangunan, Mahmudi Fukumoto Kini Jadi CEO di Jepang

Karla Farhana diperbarui 19 Des 2015, 21:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Tak semua orang Indonesia bisa sukses di negeri orang. Tapi, bagi mereka yang tak kenal lelah dan anti untuk menyerah, kesuksesan akan datang pada akhirnya. Seperti yang dialami seorang pria dari Tulungagung, Jawa Timur, Mahmudi Fukumoto. Ya, mungkin nama belakangnya terdengar seperti orang Jepang. Tapi, Mahmudi merupakan orang Indonesia tulen yang sukses di Jepang. 

Berawal dari keinginannya untuk bekerja di hotel di Pulau Dewata, Mahmudi nekat ke Bali untuk melamar pekerjaan. Namun, seperti yang dikatakannya pada sesi wawancara di salah satu acara di stasiun TV swasta, tak ada satu pun hotel yang mau menerimanya bekerja. Pasalnya, pria nekat ini tak memiliki kemampuan bahasa asing satu pun. Akhirnya, dia memutuskan untuk les privat bahasa Jepang di Bali demi bekerja di hotel. 

Namun, kemampuannya dalam berbahasa Jepang tak juga meningkat. Guru lesnya kemudian menyarankan untuk langsung melakukan praktik berbicara pada orang Jepang di Bali. Di sinilah dia bertemu dengan Noriko, gadis Jepang yang tinggal di Bali. Menjadi teman ngobrol dan sering bertemu setiap hari, membuat dua anak muda ini saling jatuh cinta. 

Mahmudi kemudian menikahi Noriko dengan pesta yang sederhana. Dilansir dari situs pribadi seorang motivator kawakan, Andrie Wongso, Mahmudi lantas hijrah ke Jepang bersama istrinya pada tahun 2001. Tanpa pengalaman dan bahasa Jepang yang masih banyak salahnya, Mahmudi harus berjuang untuk hidup di Negeri Sakura. Ditambah lagi, dia harus menanggung hidup istrinya pula. 

AKhirnya, pria berkulit sawo matang ini melakukan segala hal untuk menyambung hidup. Mulai dari menjadi kuli bangunan, hingga petugas kebersihan di sebuah hotel bintang tiga. Tapi, kehidupannya mulai mendapat titik terang saat dia bekerja di sebuah perusahaan konstruksi. Di sana, dia sebisa mungkin berbaur dengan teman-teman satu kantornya. Tujuannya tak lain menambah relasi dan juga melatih dirinya agar bisa berbicara bahasa Jepang dengan lancar. 

Segala penderitaan yang sudah dia alami sejak di Bali ternyata berbuah manis juga. Dia bertemu seorang pria tua yang baik hati. Pria yang usianya lebih tua 15 tahun itu kemudian bercerita. Sebenarnya, dia dulu adalah bos di salah satu perusahaan konstruksi. Tapi, perusahaannya bangkrut dan untuk menyambung hidup, dia rela menjadi kuli bangunan. Sambil belajar bahasa Jepang, Mahmudi mendengarkan kisahnya dengan baik. Melalui sebuah percakapan kecil, mereka akhirnya sepakat untuk bekerja sama untuk mendirikan satu perusahaan lagi. 

Setelah 'pahlawannya' pensiun, Mahmudi naik menjadi bos yang baru. Tapi, hidupnya tak langsung menjadi mudah dan kaya raya. Sebagai seorang yang masih berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) di perusahaan jasa konstruksi, cukup sulit baginya untuk mendapatkan proyek-proyek dan pekerjaan di Jepang. Masalahnya, dia bukan warga negara Jepang. 

Tapi, Mahmudi lantas tak menyerah begitu saja. Dia putar otak agar menemukan sebuah solusi demi kelancaran bisnisnya di Jepang. Dilansir dari salah satu media nasional, Mahmudi kemudian memiliki ide yang cemerlang. Kenapa tak ia tambahkan saja nama keluarga istrinya di belakang namanya yang sangat Indonesia itu? Setelah mendapat izin dari mertuanya, nama pria asal Jawa Timur ini berubah menjadi Mahmudi Fukumoto. 

Kesuksesan ternyata tak hanya bisa diraih dengan ketekunan. Tapi juga pengorbanan yang cukup besar. Kerja keras pun menjadi satu syarat yang tak bisa dipisahkan dengan syarat lainnya. Karena kegigihan dan ambisi yang kuat, Mahmudi Fukumoto kini sukses menjadi CEO di Jepang. 

What's On Fimela