Selain Mati, 3 Hal Ini Bisa Jadi Alternatif untuk Hukum Koruptor

Floria Zulvi diperbarui 18 Des 2015, 11:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Berdiri sejak tahun 2002, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah banyak sekali meringkus koruptor kelas kakap yang merugikan negara. Sebut saja Irjen Djoko Susilo, Ratu Atut Chosiyah, Burhanuddin Abdullah, hingga Akil Mochtar yang telah merasakan pahitnya jeruji besi berkat kerja keras lembaga ini.

Seakan tak cukup dijebloskan ke penjara, wacana hukuman mati untuk para koruptor mencuat ke publik. Namun, karena dianggap melanggar Hak Asasi Manusia, hukuman tersebut menuai pro dan kontra. Dilansir dari Liputan6.com, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pun merasa tak setuju dengan hukuman mati untuk para koruptor. Datang dengan ide lain, beliau mengatakan "Kalau korupsi langsung dimiskinkan, dirampas semua hartanya. Kalau hukuman mati kan ada yang bilang, biarlah hukuman mati yang penting keluarga saya kaya,".

Melihat keadaan Indonesia yang pembangunannya belum merata, masih banyak tunawisma, sekolah yang tak layak, sungai yang kotor, pembabatan hutan untuk membangun gedung pastilah membuat masyarakat geram jika melihat kasus korupsi yang terjadi di negara tercinta ini. Jika koruptor tak bisa dihukum mati, mungkin mereka bisa dimiskinkan lalu dihukum dengan 3 cara ini!

Membersihkan sungai. Siapa yang tak kenal kotornya kali Ciliwung? Karena terlalu kotor, Jakarta pun kembali jadi langganan banjir di setiap musim hujan. Coba kamu bayangkan bila para koruptor dimiskinkan lalu uangnya dialokasikan untuk mengeruk sungai itu? Waaah, Jakarta dan kota-kota lain bisa mengucapkan selamat tinggal pada banjir.

Membangun sekolah. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa masih banyak daerah terpencil yang tidak memiliki sekolah. Di perbatasan Kalimantan dan Malaysia pun masih banyak bocah-bocah yang harus menyebrang ke negara tetangga untuk mengenyam pendidikan yang layak.

Tanam sejuta pohon. Yup, bukan cuma sekedar 'banyak' pohon, tapi harus sejuta pohon! Kamu pasti masih ingat kabut asap yang disebabkan pembakaran hutan yang membuat masyarakat Sumatera dan Kalimantan mengungsi. Dengan mengalokasikan dana untuk menanam pohon dalam jumlah besar, hutan dan habitat hewan bisa terselamatkan!