Kisah Pilu Genk dan Yongki, Gajah yang Dibunuh demi Gadingnya

Floria Zulvi diperbarui 15 Des 2015, 19:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun 2013 lalu Indonesia dan berbagai negara di dunia dikejutkan dengan terbunuhnya seekor gajah di Banda Aceh dengan keadaan yang sangat memilukan. Bagaimana tidak? Genk yang juga biasa dipanggil Papa Genk ditemukan tewas dengan kondisi gading dan batok kepala yang hilang. Tersebarnya kondisi mengenaskan gajah langka ini sontak membuat publik dan netizen geram.

Alasan terbunuhnya Papa Genk adalah karena uang. Dilansir dari Tribun News, harga gading gajah bisa mencapai 5 hingga 10 juta per kilogramnya. Sementara berat gading yang dimiliki Genk sekitar 25 Kg. Setelah diusut, pembunuhan gajah ini dilakukan oleh 14 orang warga Desa Ranto Sabon termasuk sang kepala desa.

Dalam persidangan, kepala desa berdalih bahwa mereka adalah warga yang buta hukum. Mereka mengira membunuh gajah sama dengan membunuh hama lain. Bagi warga setempat, Papa Genk dianggap mengganggu desa mereka karena memakan hasil kebun.

Hal yang sama dialami oleh Yongki. Bagi penggemar Tulus, mungkin kalian tak asing dengan gajah yang ada dalam video klip dengan judul Gajah. Yup, ia bernama Yongki. Di wilayah Lampung Barat, tepatnya Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, gajah adalah pahlawan. Mereka melatihnya sedemikian rupa untuk melindungi warga yang tinggal di sekitar hutan dari perambah.

Untuk mengatasi konflik gajah liar dan manusia, Yongki dan teman-temannya dinilai sangat berguna. Mereka bisa menggiring gajah liar agak tidak masuk ke pemukiman penduduk. Hewan besar ini pun bisa membantu polisi hutan berpatroli, selain ditakuti oleh hewan buas lain, gajah juga bisa menakuti para penebang liar.

Kisah pilu Yongki terjadi pada hari Jumat 12 September 2015 lalu. Ia ditemukan tewas dengan keadaan kedua gading hilang. Setelah dilakukan serangkaian tes, tim forensik mengatakan bahwa ia diracuni. Yongki tewas dengan keadaan organ dalam tampak normal (makroskopis) dan tidak ditemukan abnormalitas, kecuali ditemukan cacing paramphistomum di usus besar, tetapi infeksi tidak berat.

Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatranus) merupakan mamalia yang terancam punah menurut IUCN dan termasuk Appedix I menurut CITES (satwa liar terancam dari segala bentuk perdagangan). Mamalia besar ini terancam punah akibat rusaknya dan berkurang habitat serta perburuan dan perdagangan ilegal untuk diambil gadingnya. Berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999, gajah Sumatra termasuk ke dalam daftar satwa dilindungi.