Ruteng, Praha-nya Bumi Flores

Asnida Riani diperbarui 15 Des 2015, 12:49 WIB

Fimela.com, Jakarta Tak sekedar gerbang menuju Wae Rebo, Ruteng punya pesona yang jauh dari kata monoton. Pada satu waktu, hamparan sawah dengan kungkungan pegunungan yang mendominasi pemandangan. Namun kali lain, Ruteng malah jadi kota dengan bangunan-bangunan artistik yang mengantarkan nuanasa Eropa ke barat Flores.

Ya, Ruteng memang disebut-sebut sebagai Praha-nya bumi Flores. Bukan hanya karena kesamaan hawa dingin yang terasa menelesak hingga ke tulang. Juga, tak semata-mata soal kota kecil di atas awan. Namun, Ruteng punya sederet bangunan katedral yang sudah begitu lekat dengan landscape Eropa.

Sebut saja Dwitunggal Katedral Ruteng, Katedral Lama, dan Katedral Baru. Meski tak semegah jajaran bangunan kuno di Praha, Ruteng memberi sekeping nuansa benua biru di tanah Nusa Tenggara dengan bonus beramah-tamah dengan penduduk lokal.

Seperti kota lain di Nusa Tenggara, penduduk Ruteng ramah terhadap pelancong. Jadi, jangan ragu untuk bertegur sapa sambil menyisipkan senyum kala berkeliling kota. Hangat yang tercipta dari interaksi seakan sanggup melawan angin dingin yang berhembus tanpa ampun.

Bukan mengancam. Isolasi yang dihadirkan pegunungan Mandosawu di selatan kota justru menghadirkan nuansa tenang. Satu lagi kota di mana perspetif akan Nusa Tenggara meluas. Tak hanya laut, kota terkurung pegunungan pun bisa menambat hati.