Fimela.com, Jakarta Produksi: Qia Film Mediatama
Sutradara: Ibnu Agha
Penulis Skenario: Majayus Irone, Yudianto Suros, Gandhi Ansyari
Pemain Film: Irwansyah, Sylvia Fully, Zaskia Sungkar, Wawan Wanisar
Jadwal Tayang: 10 December 2015
Genre: Drama
Sinopsis:
Film Harim Di Tanah Haram bercerita tentang seorang gadis bernama Qia (Sylvia Fully). Qia yang memiliki pengalaman pahit dan terus teringat dalam pikirannya akan warga kampung yang mendatangi dan membakar rumahnya serta menyeret ibunya beserta lelaki yang berada di dalam rumah dan dianiaya.
Qia yang kemudian tinggal di sebuah pesantren dan membantu seorang Kyai untuk mengajar ngaji para santri. Suatu ketika seorang donatur bernama Basri (Billy Boedjanger) melamar Qia dan menjadikannya sebagai istri. Kisah pahit Qia pun dimulai saat telah menjadi istrinya Basri. Qia pun selalu mencari akal untuk kabur dari rumah karena tidak tahan akan perlakuan Basri yang kasar.
Di sebuah kesempatan Qia berkenalan dengan seorang pengusaha dari Jakarta bernama Farida (Cahya Kamila) dan menawarkan sebuah pekerjaan kepada Qia. Farida yang semula baik terhadap Qia namun ternyata juga sangat jahat seperti Basri. Qia dipaksa menjadi seorang wanita penghibur oleh Farida. Di sini juga Qia bertemu dengan seorang pria bernama Azzam (Irwansyah).
Azzam seorang pria yang amat baik dan sedang dalam liburan dari kuliahnya di negara Turki. Azzam yang berkenalan dengan Qia dan akhirnya tahu akan kisah pahit Qia pun mencoba menolongnya dengan membawa Qia ke Turki juga dan mencarikan pekerjaan Qia menjadi seorang tour guide.
Qia yang begitu sangat berkeinginan pergi ke Tanah Suci Mekkah dan Masjidil Harram akhirnya bersama Azzam berangkat ke sana. Azzam pun akhirnya memutuskan untuk mengajak Qia untuk menikah meski Azzam tahu akan segala kepahitan hidup dan keadaan Qia yang tak bisa memberikan keturunan. Dengan ketulusan cinta Azzam ini, Azzam tetap teguh dan bulat dengan keputusannya tersebut.
Baca Juga
Review:
Film Harim di Tanah Haram merupakan film adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Abu Hamzah. Novel ini kemudian ditulis kembali untuk membentuk skenario oleh Majayus Irone, Yudianto Suros, Gandhi Ansyari di bawah arahan sutradara Ibnu Agha.
Meski bergenre religi, Ibnu Agha ingin memberikan tontonan berbeda dengan unsur action yang ditampilkan. Di mana aksi kejar-kejaran mobil serta perkelahian dari aktor utamanya yakni Azzam (Irwansyah) memberikan nuansa berbeda dengan film genre religi lainnya.
Plot cerita yang diangkat memang tidak jauh berbeda dari novel aslinya. Namun untuk mempersingkat durasi, Ibnu Agha mencari cara untuk mengambil intisari cerita yang lebih singkat dan padat.
Adapun untuk sinematografi, film Harim di Tanah Haram yang mengambil lokasi syuting di tiga negara seperti Indonesia, Turki dan Arab Saudi (Makkah) banyak mengambil gambar-gambar dari sisi yang berbeda. Dengan maksud memperkaya scene dari udara, sang sutradara menggunakan kamera terbang (Drone). Namun sangat disayangkan, kualitas gambar dari kamera udara (drone) yang digunakan sangat buruk. Seperti halnya saat penulis berkesempatan menonton screening film tersebut, banyak kualitas gambar yang tidak fokus, ngeblur.
Tak hanya itu, ada beberapa scene pesawat pun lebih memilih menggunakan teknik green screen yang justru sangat tidak mendukung alur cerita. Meski demikian tetap saja film ini menarik ditonton. Alur cerita diharapkan sang sutradara bisa memberikan inspirasi kepada masyarakat, di mana seorang Qia yang pelacur pun tetap ingin berubah menjadi pribadi yang baik bahkan ingin pergi ke tanah suci Makkah.
Foto Adegan: