Fimela.com, Jakarta Bukan hanya namanya saja yang terdengar aneh, namun bentuk benda yang satu ini memang terbilang sangat aneh. Crinoline muncul dalam kancah industri fashion pada pertengahan tahun 1800-an, dan mungkin yang terdengar lebih aneh lagi adalah sampai saat ini crinoline masih digunakan.
Crinoline yang merupakan warisan dari zaman Victorian ini memang memiliki desain yang sangat rumit dan mungkin sedikit tidak masuk akal. Crinoline merupakan gabungan dari kata ‘crin’—bahan kaku yang terbuat dari rambut kuda, serta ‘linen’—bahan kaku yang terbuat dari tulang atau bahkan baja, yang dibentuk seperti kandang.
Di zamannya crinoline sangat populer, bahkan sebuah majalah satir, Punch sempat membuat sebuah tulisan yang berjudul ‘Crinolinemania’. Pada saat itu beberapa pabrik baja melayani secara eksklusif untuk pembuatan crinoline, setiap harinya pabrik baja dapat membuat 3000 crinoline.
Ya, meskipun sangat sulit digunakan, tapi crinoline menjadi satu-satunya item fashion yang sangat diminati saat itu. Tapi ternyata ada kisah tragis dan menyedihkan dari crinoline yang tidak akan pernah bisa dilupakan oleh semua orang di seluruh dunia. Dilansir dari Mashable.com setidaknya ada 3000 orang yang tewas karena crinoline.
Pada tahun 1863 di Santiago, Chili, sekitar 2000 hingga 3000 orang terjebak di dalam sebuah gereja yang terbakar. Mereka tak bisa menyelamatkan diri karena para jemaat wanitanya berdesak-desakan di pintu keluar akibat terjebak rok atau crinoline mereka sendiri.
Kepopuleran crinoline berlangsung sampai pertengahan 1860-an, hingga akhirnya digantikan oleh tren fashion lainnya. Namun ternyata setelah perang dunia ke dua crinoline telah berhasil dihidupkan kembali oleh Christian Dior. Dan hari ini, crinoline masih dipakai pada acara-acara yang sangat formal—dan khususnya untuk gaun pengantin.