8 Fakta Menarik Seputar Festival Film Indonesia

Henry Hens diperbarui 27 Nov 2015, 10:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Ajang Festival Film Indonesia 2015 atau FFI 2015 baru saja digelar pada 23 November kemarin di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Tangerang, Banten. Mengambil tema Film dan Teater, FFI menggunakan Teguh Karya sebagai ikon dalam penyelenggaraan tahun ini.

Sederet sineas terbaik negeri ikut memberikan kontribusinya untuk ajang tahunan perfilman Indonesia ini. Untuk Film terbaik, diraih oleh Siti yang disutradarai Eddie Cahyono. Sedangkan Joko Anwar terpilih menjadi Sutradara Terbaik lewat film A Copy of My Mind. Di kategori akting, Tara Basro dan Deddy Sutomo terpilih sebagai Aktor dan Aktris Terbaik.

Sebagai ajang penghargaan paling bergengsi di perfilman Indonesia, penyelenggaraan FFI selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya.
FFI pertama kali digelar pada 1955 dan berlanjut pada 1960 dan 1967 dengan nama Pekan Apresiasi Film Nasional. Lalu berlanjut lagi pada 1973 dan sejak itu mulai diselenggarakan setiap tahun.

Meski sempat vakum selama beberapa tahun dan pernah menuai sejumlah kontroversi, FFI tetap menjadi barometer penting bagi perkembangan perfilman Indonesia terutama bagi para pelaku dunia film. Untuk itu, kami sajikan beberapa fakta menarik tentang penyelenggaraan FFI.


1. Pada 1966 pemenang penghargaan FFI mulai diberikan piala yang dinamakan Piala Citra. Citra yang berarti bayangan atau image merupakan sebuah sajak karya Usmar Ismail yang kemudian dijadikan lagu berjudul sama oleh Cornel Simanjuntak.

 

2. FFI sempat terhenti pada 1992 karena perfilman Indonesia sedang lesu dan baru diadakan lagi pada 2004, seiring dengan mulai bangkitnya industri perfilman di Tanah Air. Pada perkembangannya diberikan juga penghargaan Piala Vidia untuk film televisi yang sudah tidak dilombakan lagi sampai saat ini.

 

3. Pada setiap penyelenggaraan FFI, dibagikan Piala Citra untuk 15 sampai 16 kategori, di luar penghargaan khusus. Di FFI 2015 Piala Citra dibagikan untuk 16 kategori plus lima piala untuk kategori film dokumenter, film pendek dan film televisi serta satu penghargaan khusus untuk George Kamarullah.

 

4. Rekor terbanyak film peraih Piala Citra masih dipegang oleh film Ibunda (Teguh Karya) yang mendapatkan 9 piala di FFI 1986. Sedangkan rekor terbaik dipegang oleh film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta yang meraih lima piala di FFI 2010 yang semuanya merupakan kategori utama yaitu Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik dan Skenario Adaptasi Terbaik.

 

5. Peraih Piala Citra terbanyak untuk individu masih dipegang oleh Wim Umboh alias Achmad Salim yang meraih 27 piala sepanjang penyelenggaraan FFI. Wm Umboh merupakan sineas serba bisa. Selain seorang sutradara, ia juga penulis skenario dan penyunting (editing).

 

6. Untuk satu kategori, sineas yang paling banyak meraih Piala Citra adalah musisi legendaris Idris Sardi. Ia meraih 10 piala sebagai Penata Musik Terbaik yang sebagian besar dilakukannya di film-film yang disutradarai Teguh Karya. Sedangkan Teguh Karya memegang rekor sebagai peraih 6 piala di kategori Sutradara Terbaik.

7. Salah seorang sineas dan sutradara terbaik Indonesia adalah Garin Nugroho. Sejumlah film yang disutradarainya pernah diputar dan meraih penghargaan di berbagai festival film internasional. Garin pun pernah meraih Piala Citra sebagai Penulis Skenario Adaptasi lewat film Opera Jawa di FFI 2006. Sayangnya, Garin belum pernah meraih Piala Citra sebagai Sutradara Terbaik.

 

8. Untuk bidang akting, Christine Hakim menjadi yang teratas. Ia sudah meraih 7 Piala Citra yaitu di tahun 1974, 1977, 1979, 1983, 1985, 1988 (sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik) dan 2015 (Pemeran Pendukung Wanita Terbaik). Di tahun 1974 Christine Hakim menang lewat film Cinta Pertama yang merupakan film pertamanya!