Hari Guru Nasional, Pengorbanan Marsiani Buat Hati Orang Pilu

Karla Farhana diperbarui 26 Nov 2015, 12:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Ternyata, Hari Guru Nasional yang baru saja dirayakan tak selalu menjadi sebuah perayaan. karena masih banyak guru-guru yang berkorban demi pendidikan dan  berkorban untuk mengajar di daerah perbatasan. Mereka yang mengajar para murid di daerah perbatasan harus mengalami berbagai kesulitan. Meskipun begitu, para pahlawan tanpa tanda jasa ini tetap teguh berkorban dan mengabdi demi dunia pendidikan Indonesia. 

Salah satu guru yang mengorbankan hidupnya di dunia pendidikan adalah Marsiani. Perempuan yang penuh semangat ini rela mengajar disebuah daerah perbatasan yang serba kekurangan. Sekolah tempatnya mengajar, di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Daerah yang persis berbatasan dengan Malaysia serba kekurangan, termasuk soal pendidikan. 

Kabupaten ini memilki sebuah desa kecil. Ajikuning namanya. Desa ini hanya memiliki satu sekolah dasar; Sekolah Dasar Filial 09 Sei Fatimah. Bangunan SD Filial 09 jauh dari kata layak. Tak ada tembok yang kokoh. Hanya atap seadanya, dan beberapa tiang sebagai penyangga. Lebih miris lagi, sekolah dasar ini hanya memiliki satu guru. 

Marsiani yang merasa prihatin, seperti yang ditulis pada sebuah portal berita lokal, merasa terpanggil jiwanya untuk mengajar di sekolah yang serba kekurangan itu. Karena kurang tenaga, Marsiani juga mengajak beberapa anggota Tentara Pos PAMTAS (Pengamanan Perbatasan) Sei Ular untuk menjadi tenaga pengajar tambahan. 

Untuk bisa sampai di sekolah tersebut, perempuan yang tangguh ini harus menggunakan perahu Ketinting bersama para tentara. Meskipun sulit, mengajar buatnya bukan sekadar pekerjaan. Tapi kewajiban untuk mencerdaskan anak bangsa.