Tradisi Potong Jari dan Mandi Lumpur di Lembah Baliem, Papua

Asnida Riani diperbarui 20 Nov 2015, 21:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Hamparan koral warna-warni, air laut bersuhu hangat, belaian lembut angin, hijau belantara, serta kerut puncak berselimut salju adalah gambaran singkat untuk mendeskripsikan Papua. Namun, panorama alam bukan satu-satunya godaan untuk berpelesir ke timur Indonesia.

Tersohor sebagai rumah bagi sederet suku primitif, wilayah pedalaman Papua memang selalu menarik untuk dijelajah. Lembah Baliem, salah satunya. Terkukung pegunungan Cyclop di Wamena, suku Dani adalah salah satu dari tiga suku penghuni Lembah Baliem.

Ritme kehidupan yang terbilang santai dengan sederet aktivitas sederhana adalah potret gamblang yang bisa dilihat setiap hari. Tinggal di rumah bundar beratap jerami, dengan Hanoi sebagai rumah laki-laki dan Ebe'ai untuk perempuan, suku Dani punya serangkaian adat istiadat aneh nan unik.

Ketika ingin mengungkapkan rasa sedih atas kehilangan sanak keluarga, warga suku Dani akan mewujudkannya dalam tradisi potong jari atau ikipalin. Karena bagi suku Dani, jari tangan melambangkan kerukunan, kebersatuan, dan kekuatan dalam diri manusia. Tradisi ini biasa dilakukan dengan benda tajam, digigit hingga putus, atau mengingatnya dengan seutas jari hingga mati rasa, baru kemudian dipotong. 

Terdengar mengerikan, namun aksi potong jari ini makin berkurang jumlahnya setiap tahun. Tak hanya itu, suku Dani pun kerap melakukan "aksi" mandi lumpur. Bukan tanpa maksud, ritual ini memberi makna bahwa setiap manusia yang meninggal akan kembali ke tanah. Terlepas bagaimanapun filosofi yang terkandung did alamnya, beragam tradisi ini tentu menambah pesona Papua.