Fimela.com, Jakarta Dennis Bradlet Philips atau yang lebih dikenal dengan Bilal Philips adalah seorang laki-laki berdarah Jamaika yang menghabiskan masa kecilnya di Kanada. Dilansir dari IslamicToday.com, Philips lekat dengan budaya dan musik Jamaika sebelum menganut agama Islam.
Baca Juga
Pada tahun 1960-an, ia berkesempatan untuk menjelajahi Malaysia dan Indonesia. Dua negara yang sangat kental dengan agama Islam ini menarik perhatian Philips. Lelaki berjanggut ini memutuskan untuk mempelajari Islam secara intensif saat dia sudah kembali ke negaranya. Berbagai macam diskusi dan buku-buku mengenai Islam pun dilahapnya.
Untuk memperdalam ilmu agamanya, Philips mendaftarkan diri di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Tak hanya itu, ia pun berkeinginan mempelajari agama di kota-kota yang kental dengan sejarah Islam itu sendiri. Setelah selesai, ia pun mengambil program master di Universitas Riyadh.
Tahun 1990 Philips menyelesaikan S2nya dan bekerja di markas besar Angkatan Laut Arab Saudi di Ibu Kota Riyadh. Kala itu Irak menginvasi Kuwait. Karena merasa kuwalahan, Kuwait pun meminta pertolongan Amerika. Philips diperintahkan untuk memberikan materi tentang Islam kepada para tentara yang bermarkas di sana. Hal itu dilakukan sebagai usaha untuk meyakinkan mereka bahwa Islam bukanlah agama yang menyukai kekerasan.
Semenjak saat itu, sekitar 3000 serdadu Amerika memutuskan untuk masuk Islam. Selepas perang, Philips dikirim ke Amerika untuk mendampingi para tentara yang telah menjadi mualaf. Saat itu Philips mendapat bantuan dari mereka untuk membuat konferensi dan kegiatan. Akhirnya, musollah pun dibuat di seluruh pangkalan militer mereka.