Fimela.com, Jakarta Pada 14 November 2013 lalu, untuk kali pertama koran Libération terbit tanpa gambar. Bukan tanpa alasan, koran asal Perancis itu hendak perlihatkan peran penting akan gambar, di mana ada juru foto yang membahayakan hidupnya untuk mengabadikan berbagai momen, terlebih di daerah konflik maupun tribal.
Kala itu, penerbitan koran Libération ini bersamaan dengan pembukaan pameran fotografi dari penyelenggaran terakhir event Paris Photo. Di halaman depan, koran tersebut menjelaskan kalau Libération berikrar untuk menghargai fotografi, baik itu diproduksi oleh pewarta foto, fotografer fashion, pelukis, dan seniman konseptual.
Baca Juga
Lebih lanjut, Libération juga menuliskan kalau passion akan foto yang diusung koran asal Perancis itu tak perlu dipertanyakan lagi karena pengabadian momen adalah nadi dari dunia yang diselami Libération. "Aksi" yang terbilang unik ini memang dimaksudkan untuk menghargai perjuangan para fotografer yang tentu tak banyak disadari banyak orang.
Terlebih bagi mereka yang harus bertugas di daerah-daerah konflik, serta harus menunggu berjam-jam demi momen pengambilan gambar yang tepat. Seorang jurnalis Libération, Brigitte Ollier, mendeskripsikan penerbitan koran tanpa gambar itu sebagai "virtual shock". Jadi, Libération sukses perlihatkan kekuatan dari gambar itu sendiri dengan cara meniadakannya.