Fimela.com, Jakarta Kebangkitan musik Indonesia selama ini didukung dengan keikutsertaan generasi muda yang menaruh perhatian lebih pada dunia musik. Penerus bangsa ini tidak hanya melahirkan karya-karya yang dapat dinikmati banyak orang, tetapi juga punya gaya masing-masing, termasuk penyanyi sekaligus penulis lagu muda, Gita Gutawa.
Aluna Sagita Gutawa, demikian nama lengkapnya, sudah mencintai dunia musik sejak masih berusia belia. Gita berhasil menjadi salah satu penampil yang menarik perhatian penikmat musik. Terlepas dari nama besar ayahnya, Erwin Gutawa, Gita dapat membuktikan dirinya memiliki kemampuan dalam bermusik.
Gita Gutawa dikenal sebagai penyanyi yang memiliki suara tinggi dengan mengusung musik klasik kesukaannnya. Namun, hal tersebut tidak menghentikan langkah pelantun Bukan Permainan ini untuk mengembangkan talenta di dunia musik dengan menciptakan sesuatu yang baru, tak hanya klasik.
Baca Juga
Melalui empat album sejak tahun 2007 hingga 2014 lalu yang berhasil dilahirkan, menjadi pembuktian bahwa ia begitu jatuh cinta dengan dunia musik. Tak hanya itu, penyanyi yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di Inggris ini juga melebarkan sayap dengan memproduksi musiknya sendiri.
Rasa mandiri dalam bermusik yang ditumbuhkan oleh Gita Gutawa, ia terapkan dalam single terbarunya yang bertajuk Rumahku. Lagu ini mengisahkan bagaimana ia begitu merindukan rumah di Indonesia ketika sedang menimba ilmu di Inggris yang berhasil ia produksi seorang diri.
Tidak berhenti sampai di sana, naluri memproduksi musik Gita Gutawa juga ditunjukkan dengan proyek bersama sang ayah bertajuk Di Atas Rata-rata yang menjaring anak-anak dengan bakat bermusik luar biasa untuk menjadi satu kesatuan. Untuk mengetahui kelanjutan perjalanan bermusiknya, berikut petikan wawancara eksklusif tim Bintang.com bersama Gita Gutawa.
What's On Fimela
powered by
Jauh dari Rumah, Gita Gutawa Produksi Musik Sendiri
Kerinduan yang mendalam pada tempat di mana biasanya menghabiskan waktu. Hal ini dapat menjadi inspirasi yang tepat untuk berkarya tak terkecuali dengan Gita Gutawa.
Gita Gutawa yang berhasil menciptakan musik sendiri ketika berada jauh dari rumah karena menimba ilmu di Inggris. Single Rumahku jadi saksi bisu bagaimana Gita begitu mendambakan untuk pulang dan kembali ke rumah.
Apa project music terbaru saat ini?
Empat tahun kemarin memang bisa dibilang aku agak kurang aktif di bidang musik, karena memang lagi fokus kuliah. Tapi, alhamdullilah S1 ku udah kelar, S2 juga insya allah udah kelar aku tinggal nunggu wisuda. Jadi, aku sekarang pulang ke Indonesia emang pengen balik fokus bermusik lagi. Jadi, ngeluarin single baru lagi dan single baru ini judulnya Rumahku. Dan, aku rasa momennya mungkin pas banget karena aku istilahnya pulang ke rumah, kembali ke rumah dan lagu Rumahku ini tulis sendiri juga waktu itu karena aku lagi kangen rumah pas di Inggris. Jadi, mudah-mudahan momennya memang pas dan bisa diterima sama masyarakat juga.
Bagaimana alur hingga menciptakan lagu ini?
Biasanya aku kalau emang bikin lagu yang penting ada inspirasi dan kebetulan waktu itu memang lagi kangen rumah dan lagi ngerasa sendirian aja. Dapet inspirasi dan aku biasanya mulai dengan lirik dulu rata-rata untuk lagu aku. Jadi lirik, lagu, melodi maksudnya, baru aku bikin basic aransemennya dan biasanya aku kalau bikin demo itu seharian.
Apa sesuatu yang berbeda di lagu Rumahku?
Di album The Next Chapter ini memang aku produce sendiri jadi memang aku mencoba untuk mencari sound baru jadi mungkin berbeda pastinya karena dulu-dulu papa yang menghandle productionnya. Kali ini, aku mencoba untuk produce sendiri dan aku mencoba sesuatu yang baru, mengurangi classicalnya, aku memang berusaha untuk agak kurangin tapi tetep ada, orang tetap tahu bahwa itu aku. Mencari sound-sound yang baru juga, lebih banyak pakai register bawah tapi, register atas orang masih bisa tetap berasa.
Bagaimana rasanya memproduksi music sendiri?
Yang pastinya ribet sih. Karena memang banyak yang harus dipikirin, banyak keputusan yang harus diambil terutama soal soal konsep, musiknya, soundnya maunya seperti apa, dulu mau bikin konsep apa sempet plin plan juga. Tapi lama-lama aku dengan mengexplore mencoba bikin lagu, bikin aransemen sendiri, mencoba mengexplore, lama-lama rasanya kebentuk sendiri. Akhirnya, aku juga tahu apa yang cocok buat aku, apa yang pengen aku tampilkan sekarang ini. Jadi, aku banyak belajar intinya.
Kapan rilis single Rumahku?
Single Rumahku sudah rilis 21 Oktober. Sebenarnya juga lagu Rumahku ada di album aku The Next Chapter it udah rilis tahun 2014. Jadi, itu barengan sama Rangkaian Kata, ada single aku juga Hingga Akhir Waktu. Tapi, memang Rangkaian Kata jauh sebelum album aku keluar. Dia treatmentnya memang lebih sebagai single. Di album ini udah ada 3 single yang udah keluar.
Apa yang dipelajari setelah produksi musik sendiri?
Banyak, terutama apalagi soal teknis. Dulu-dulu juga mungkin ga terlalu ngerti pake teknis, tapi lama-lama kan diajarin dan terus papa juga lebih banyak ngebantuin dan lebih sebagai mentor di album ini, ya belajar banyak dan belajar mengenal aku sendiri, mengenal sound aku, suara aku jadi lebih mengenal diri sendiri juga karena banyak nyobain hal yang macem-macem.
Naluri Bermusik Gita Gutawa Lewat Project Di Atas Rata-rata
Gita Gutawa berhasil menjadikan kerinduan pada rumah untuk menciptakan musik sendiri. Kini, ia juga disibukkan dengan project teranyarnya bersama dengan sang ayah, Erwin Gutawa.
Project Gita Gutawa dan sang ayah tersebut bertajuk Di Atas Rata-rata yang berhasil menjaring bakat muda dari anak-anak Indonesia sebagai penerus bangsa. Masing-masing dari mereka memiliki talenta bermusik luar biasa khususnya di bidang tarik suara.
Bagaimana bisa sampai kepikiran untuk buat project Di Atas Rata-rata?
Kalau project Di Atas Rata-rata itu memang project aku dan papa, kita mencetuskan idenya juga berdua. Karena kita lagi ngobrol-ngobrol aja waktu itu, papa lagi banyak berhubungan dengan anak-anak kecil. Kita mulai ngebahas sebenernya anak-anak Indonesia banyak yang hebat di bidang musik jadi dari obrolan santai lagi sarapan tapi abis itu kita coba temuin anak-anak ini. Kita bikin audisi kecil-kecilan tiba-tiba kita dikagetkan, anak-anak 10 tahun main jazz, ada yang nyanyi klasik jadi akhirnya tercetusnya istilah Di Atas Rata-rata karena kita menemukan banyak anak-anak yang mempunyai kemampuan bermusik di atas rata-rata anak seumurnya. Project utama juga sebenarnya selain album aku yang memang punya kebahagiaan dan kebanggaan sendiri ngeliat anak-anaknya.
Apa yang mau ditonjolin dari Di Atas Rata-rata?
Semangatnya sih, memang di atas rata-rata itu tujuannya untuk menginspirasi untuk anak-anak lainnya. Atau bahkan untuk generasi aku. Mungkin untuk orangtua yang anaknya pengen dekat dengan musik jadi punya standar oh, ternyata anak umur 10 tahun sebenarnya udah bisa seperti ini. Jadi semangat itu yang mau ditularin, anak-anak Di Atas Rata-rata bisa menjadi standar baru kualitas dan kemampuan bermusik anak-anak Indonesia.
Apa tantangan untuk mengarahkan anak-anak Di Atas Rata-rata?
Sebenarnya sih gak, apalagi secara musikalitas ya. Musikalitas mereka sangat baik sih jadi biasanya mereka dinamakan Di Atas Rata-rata karena banyak musikalitasnya kita kaget. Mengdirectnya enak dan misalnya bagi suara udah punya insting untuk bagi suara juga jadi asiknya itu sih tapi pastinya kalau untuk soal anak-anak kita harus memperhatikan mereka sebagai anak-anak. Perlu sekolah, jadwal mesti disesuaikan dengan jadwal sekolah mereka. Mungkin mereka gampang capek atau kalau lagi ngumpul berisik, main mulu. Ya gak apa-apa mereka anak-anak.
Ada pengalaman menarik saat menjalani project Di Atas Rata-rata?
Macem-macem, tapi yang aku selalu seneng itu setiap mereka perform banyak orang yang terkagum-kagum itu buat aku menyenangkan. Aku seneng mereka bisa mendapatkan sorotan dan juga orang-orang bisa melihat kehebatan mereka.
Harapan untuk karier bermusik Gita Gutawa ke depannnya?
Musik kan luas aku udah nyanyi dan nyoba produce juga, pengen nanti mengexplore lagi musik lebih dalam dan belajar aransemen juga. Ya mudah-mudahan nanti bisa konser juga terus sama pengen bisa mengcontribute belajar ekonomi kreatif, ide-ide pemikiran untuk industri musiknya sendiri.