Fimela.com, Jakarta Bermula dari perjuangan rakyat Surabaya 70 tahun lalu, hingga kini 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Kala itu, rakyat Surabaya menerima ultimatum dari tentara Inggris yang hendak menguasi Surabaya dengan kekuatan bersenjata. Bukan penyerahan diri secara serta-merta, namun tentara Inggris mendapat perlawanan sengit dari rakyat Surabaya.
"Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih jadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga." adalah sepenggal naskah pidato yang dengan lantangnya diperdengarkan oleh Bung Tomo, seorang pejuang asal Blauran yang jadi pusat komando selama melawan Belanda dan Inggris di tahun 1945.
Baca Juga
Keadaan genting jelang peperangan besar 10 November sebabkan sekelumit kejadian di Surabaya. Banyak warga yang mengungsi ke luar kota Surabaya, terutama anak-anak dan perempuan. Alkisah, paling tidak ada 5 pesawat tempur milik Inggris yang terus wara-wiri di langit Surabaya demi menebarkan suara gelegar dan menipiskan semangat para pejuang.
Sebagai bentuk "perlawanan" balik, terdengar suara pidato Bung Tomo dengan intonasi menggebu-gebu yang disiarkan melalui Radio Republik Indonesia (RRI). Memang sudah tak terdengar secara harfiah, namun susunan aksara yang berhasil membakar semangat pejuang kala itu masih saja menggelegar demi memberi perspektif berbeda dalam memaknai Hari Pahlawan.