Bersua dengan Lumba-lumba Pink Terakhir di Bumi

Asnida Riani diperbarui 06 Nov 2015, 17:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Bermula ketika Simon Holliday melompat ke air untuk berenang dari Hong Kong ke Macau pada 24 Mei 2014, tanpa asumsi kalau kegiatan renang yang dilakukan pada pukul 5.30 tersebut akan memecahkan rekor dunia. Perjalanan yang merupakan bagian dari Clean Cross Swim untuk menggalang dana demi Ocean Recoverly Alliance itu sudah memasuki jam keempat ketika tertengar teriakan seseorang yang mengatakan lumba-lumba pink.

Tak hanya satu-dua lumba-lumba, sekitar 25 hingga 30 ekor terlihat berenang bersisian dengan Holliday. Seakan ingin berlomba, lumba-lumba ini berenang bersama Holliday selama kurang lebih satu jam. Pemandangan ini tentu jadi satu fenomena langka yang tak mungkin terlihat setiap hari, mengingat angka populasi lumba-lumba pink yang terus merosot setiap tahunnya.

Menurut Hong Kong Dolphin Conservation Society, jumlah lumba-luma pink di perairan Hong Kong menurun dari 158 di tahun 2003 menjadi 61 ekor saja pada 2014, penurunannya mencapai 40%. Di tengah proses pembangunan jembatan sepanjang 50 kilometer yang akan menghubungkan Hong Kong-Zhuhai-Macau, suara gaduh alat-alat berat akan menimbulkan ancaman bagi lumba-lumba pink.

Tak hanya polusi suara, tercemarnya air laut pun jadi ancaman lain bagi keberlangsungan hidup lumba-lumba pink. Mengatasi berbagai ancaman tersebut, World Wildlife Foundation sudah 4 minggu menggalakkan kampanye dengan tema "Lumba-lumba, aku peduli!" demi meningkatkan kesadaran akan keberadaan lumba-lumba pink yang kian terancam.