Fimela.com, Jakarta Aktor kawakan Slamet Rahardjo tahu betul kegigihan Teguh Karya dalam berkarya. Tak kenal menyerah seolah menjadi slogan sang maestro dalam menuangkan gagasannya ke dalam sebuah cerita bergambar. Kreativitas seorang Teguh Karya tak terbatas meskipun alat untuk syuting belum semodern sekarang. Karena itulah Teguh Karya dipilih menjadi ikon FFI 2015.
Dulu, lensa kamera yang dipakai Teguh Karya tak memungkinkan mendapat hasil slow motion layaknya adegan Neo saat menerima serangan di film The Matrix. Untuk mewujudkannya, cara manual pun dilakoni Teguh Karya.
"Waktu itu pas shooting lensanya copot, dan lensa yang ada enggak cukup untuk menghasilkan gerakan slow motion. Terus saya dipanggil. 'Met, gue enggak mau tahu. Lu harus 'ngayang' sendiri," ungkap Slamet Rahardjo di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (4/11/2015).
Olga Lydia pun mengaku pernah mendengar kisah kreativitas Teguh Karya yang tidak bergantung pada alat. Pernah suatu ketika Teguh Karya kekurangan tata pencahayaan untuk sebuah judul filmnya. "Mengakalinya dia cat itu tembok biar ada pantulan cahaya. Segala cara dilakukan karena keterbatasan alat di zaman itu," papar Olga.
Keseriusan kerja dan mencintai pekerjaan menjadi kunci Teguh Karya dalam berkarya. Tidak heran jika dia menjadi sutradara yang paling banyak menyabet piala Citra. Bahkan menurut Niniek L Karim, Teguh Karya merasa berdosa jika tidak bisa memuaskan penontonnya.
"Keseriusan itu berusaha untuk trus mencari," kata Niniek
.