Fimela.com, Jakarta Era 70-an menjadi titik kebangkitan industri perfilman Indonesia. Cukup banyak film lokal berkualitas yang berhasil rilis dengan dominasi genre drama romantis. Salah satunya film Badai Pasti Berlalu karya maestro Teguh Karya yang diangkat dari novel berjudul sama karangan Marga T.
Kejeniusan seorang Teguh Karya sebagai seniman besar terlihat dalam film yang dibintangi Slamet Rahardjo dan Christine Hakim ini. Teguh mampu membuktikan kedigdayaan karyanya tanpa memasukkan unsur seks yang kerap dijadikan bumbu film di zaman itu.
"Mari kita tidak berpikir mengembalikan film nasional tidak dengan seks. Saya membuat Badai Pasti Berlalu tanpa unsur seks dan kekerasan. Tetapi diterima masyarakat," kata Teguh Karya dikutip dari rekaman video wawancaranya di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (4/11/2015).
Terbukti, cukup banyak Piala Citra yang berhasil disabet film ini pada tahun 1978 di Ujung Pandang. Dari mulai kategori Editing, Fotografi, Editing Suara dan Musik. Bahkan, Badai Pasti Berlalu juga berhasil meraih piala Antemas FFI 1979 sebagai film terlaris.
"Menjadi pemenang karena memiliki jumlah penonton terbanyak. Kita tidak perlu takut dengan film impor karena kita punya ciri khas budaya dari yang kekayaannya tidak terbatas. Kalau kita tidak mau dengan hal- hal yang tidak dihargai orang lain, kita harus menciptakan harga sendiri supaya dihargai," ucap Teguh Karya.
Semangat itulah yang hendak dibawa dalam penyelenggaran Fesitval Film Indonesia (FFI) 2015. Dengan menjadikan Teguh Karya sebagai ikon, diharapkan dapat memberi pelajaran kepada para sineas tetang pola pikir dan sikap yang tidak pernah menyerah dalam berkarya.