Dalam kesehariannya, Pak Raden hidup sendiri berteman dengan kucing-kucing kampung. Ia tinggal di sebuah gang sempit di kawasan Petamburan, Jakarta. Seniman besar ini menempati rumah yang dimiliki sang kakak. (via facebook.com/Toto Santiko Budi)
Sehari-hari Pak Raden ditemani asisten dan para relawan yang datang bergantian. Saat kecil bercita-cita ingin menjadi seorang dalang. Namun, nasib mengantarnya ke Jurusan Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung (ITB). (via facebook.com/Toto Santiko Budi)
Pak Raden mendongeng, menjual lukisan, sketsa dan karya-karyanya yang lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sejak mahasiswa ia sudah menghasilkan buku cerita anak bergambar dan film pendek animasi. (via facebook.com/Toto Santiko Budi)
Potret-potret ini dibuat jelang HUT Pak Raden yang ke-80 pada tahun 2012 lalu. Mobilitas Pak Raden terhambat karena sakit osteoartritis yang parah. Ia bergantung pada kursi roda untuk beraktivitas. (via facebook.com/Toto Santiko Budi)
Meski lahir dari keluarga terpandang, Suyadi ternyata suka mainan dengan pensil warna yang dipakainya untuk menggambar. Saat kecil seluruh tembok dan lantai rumahnya menjadi media untuk mengekspresikan bakatnya. (via facebook.com/Toto Santiko Budi)
Suyadi berhasil meraih gelar sarjana 'doktorandus' (Drs) dari ITB. Ketenarannya sebagai tokoh Pak Raden dalam serial boneka ‘Si Unyil’ yang ia ciptakan mampu menyingkirkan prestasi di bidang seni lainnya. (via facebook.com/Toto Santiko Budi)
Pada tahun 2012 bersama sejumlah penasehat hukum yang bekerja secara probono Pak Raden berjuang untuk memperoleh royalti atas karya terbesarnya, Si Unyil. Selamat Jalan Pak Raden. (via facebook.com/Toto Santiko Budi)