Fimela.com, Jakarta Tak mudah bagi Livi Zheng untuk menembus Hollywood. Karya pertamanya, Brush with Danger dikerjakan dengan seksama. Karena dia ingin mendapat kru terbaik sebagai langkah awalnya, jalan panjang harus dilaluinya.
“Sebenarnya saya bisa saja buat film dengan kru film seadanya. Banyak kok di Hollywood. Tapi untuk mendapat kru yang bagus dan berpengalaman, meraka harus membaca skenario dulu. Kalau skenario ok, baru bicara harga. Kalau baca skenario nggak ok ya janga harap mau kerja bareng kita,” ujar Livi saat berbincang dengan media di Kemayoran, Jakpus, Rabu (18/10/2015).
Baca Juga
Demi skenario terbaik, Livi rela melakukan revisi hingga 32 kali. Sutradara dan pemain film dari Jawa Timur ini tak mau setengah-setengah ketika mengubah haluan hidupnya di film. “Orangtua biasalah maunya anak kalau bukan jadi pengusaha ya insinyur. Saya ambil ekonomi, tapi saya merasa passion saya di film. Karena orangtua mendukung jadi saya tak mau menyerah,” paparnya. Hal inilah yang membuatnya sabar menjalani revisi skenario.
"Saya merasa beruntung karena belajar bela diri. Itu membentuk mental saya pantang menyerah. Untuk belajar satu gerakan tinju, dibutuhkan latihan seribu tinjuan untuk berhasil. Skenario yang saya ajukan harus direvisi 32 kali. Tapi saya tidak menyerah," jelas Livi Zheng.
Livi Zheng mengenang skenario awal yang ditunjukkan kepada seksekutif produser dibuang 80 persen. “jadi kerja keras membuat skenario pertama itu hanya 20 persen yang diambil. Sisanya revisi dan revisi lagi,” kenangnya. Semangat itulah yang membuatnya berhasil membuat film Brush with Danger. Setelah tayang di bioskop Amerika, film ini berhasil masuk seleksi nominasi Academy Award atau Oscar.