Fimela.com, Jakarta "Amole!", kata 'ajaib' yang menciptakan hangat di celah Pegunungan Jayawijaya. Berasal dari bahasa Amungme, sebuah suku di Papua, yang berarti selamat atau salam. Tak banyak berkata, namun "amole" terdengar tulus diucapkan oleh warga Papua. Menaungi banyak wilayah, jajaran Pegunungan Jayawijaya memang menghantarkan hawa dingin yang terasa hampir setiap saat.
Salah satu kawasan yang ada di naungan gunung bersalju abadi itu adalah Tembagapura. Berada di ketinggian 2.300 meter di atas pemukaan laut, Tembagapura jadi satu distrik modern dengan julangan gunung yang mengapit kota. Hutan yang berada di sekitar Tembagapura menampakkan pohn-pohon tinggi yang berjajar rapat.
Kota ini seakan sudah dibentuk sedemikian rupa untuk menampakkan rupa memesona tanpa celah. Tata letak yang teratur berjalan searas dengan keseharian penduduk. Bahkan, pejalan kaki sangat dihormati di sini. Jangan heran kalau kamu terus melihat senyum yang selalu menghiasi wajah-wajah penduduk lokal, serta sapaan ramah yang tak sekedar berbasa-basi.
Jadi satu kawasan yang jauh dari jangkauan tempat lain, Tembagapura menjelma jadi satu kota mandiri di mana terdapat supermarket, rumah sakit, sekolah, juga tempat beribadah. Kota ini juga terkenal sebagai penghasil barang tambang di timur Indonesia. Sesekali, kamu akan lihat kabut 'menelan' seisi kota tepat ketika matahari baru tampak.
Bertandang ke sini, kamu bisa langsung menjadikan Tembagapura sebagai rumah kedua. Bukan karena wilayah ini berada di bayang-bayang Jayawijaya yang begitu megah, namun karena kehangatan yang terjalin begitu cepat dengan penduduk lokal. Tak menaruh curiga, mereka tersenyum kepada siapa saja yang ditemui di kota lindung gunung, Tembagapura.
Baca Juga: Kisah Perempuan Australia yang Jatuh Hati dengan Wayang