Asal Usul Mitos Orang Sunda Nggak Boleh Nikah Sama Orang Jawa [2]

Ardini Maharani diperbarui 23 Okt 2015, 21:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Di bagian sebelumnya, sudah diterangin kan, kalau Gajah Mada itu punya niatan menguasai kerajaan Sunda. Nah, Gajah Mada lantas menganggap kedatangan rombongan Maharaja Linggabuana adalah bentuk penyerahan diri kepada Majapahit. Gajah Mada pun mendesak Hayam Wuruk menerima Pitaloka bukan sebagai pengantin melainkan tanda penaklukkan tanah Sunda oleh orang Jawa. Ini dijelaskan dalam Kidung Sundayana.

Hayam Wuruk galau atas desakan Gajah Mada lantaran mahapatihnya itu memang besar pengaruhnya. Belum lagi memutuskan, Gajah Mada sudah mendatangi rombongan Maharaja Linggabuana dan menyampaikan maksudnya. Jelas saja pihak Pajajaran tidak terima jika kedatangan mereka dianggap hanya menyerahkan Pitaloka. Insiden tak terelakkan. Kedua pihak mulai menghunus senjata. Perang Bubat pun terjadi dan sangat tidak seimbang lantaran pasukan Gajah Mada terlalu besar. Perang berhenti saat Maharaja gugur.

Tradisi mengatakan Puteri Dyah Pitaloka sangatlah berduka. Dia akhirnya bunuh diri (bela pati). Hal ini sering dilakukan orang-orang zaman dulu terutama wanita yang para lelakinya gugur. Bunuh diri dianggap perbuatan terpuji membela harga diri dan melindungi kesucian mereka.

Tewasnya Maharaja Linggabuana membuat rakyat Sunda marah. Takhtanya diberikan pada sang anak Prabu Niskalawastu Kancana. Saat naik takhta itulah Kancana memutuskan hubungan diplomatik dengan Majapahit dan memberlakukan peraturan 'larangan estri ti luaran' (melarang istri dari luar). Maksudnya dari luar kalangan orang Sunda. Peraturan ini kemudian ditafsirkan lebih spesifik, yakni melarang orang Sunda menikah dengan orang Jawa. Jadi begitu mitosnya ya, guys. Well, untungnya mitos ini gak berlaku buat kamu, ya. Manusia dinilai bukan dari sukunya, tapi dari kebaikan hatinya. Setuju, kan?

Baca juga: Cuma Orang Jawa yang Ngakak Kalau Lihat Meme Ini