Fimela.com, Jakarta Jarak yang jauh tak menghalangi Shanty untuk memberi perhatian pada nasib anak-anak yang teraniaya di Indonesia. Kasus meninggalnya Angeline secara mengenaskan di Bali belum lama berselang membuatnya tersentak. Teknologi komunikasi yang kian canggih ia gunakan untuk konsolidasi dan menggalang gerakan agar semua orang peduli pada nasib anak-anak bangsa yang terenggut masa depannya.
***
Kasus terbunuhnya Angeline benar-benar sebuah ironi yang terjadi di negeri yang katanya ramah-tamah ini. Ada anak kecil yang tak berdosa harus meregang nyawa dengan cara amat mengenaskan. Media cetak dan elektronik mewartakan peristiwa tragis ini secara masif. Shanty yang bermukim di Hong Kong hanya bisa mengelus dada mengamati pemberitaan media soal kematian Angeline.
“Saya enggak habis pikir, ada ya orang yang sampai hati melakukan pembunuhan secara keji. Apa mereka tak punya anak kecil sampai teganya melakukan itu semua? Apa mereka tak punya hati nurani? Apa mereka tak punya cara lagi yang lebih beradab? Ini benar-benar biadab,” kata ibu dari Arjuna Lucio Paredes dan Enrico Satria Paredes dari pernikahannya dengan Sebastian Paredes.
Baca juga: Rindu Indonesia, Shanty Akan Pulang Kampung
Perempuan bernama asli Annissa Nurul Shanty Kusuma Wardhani Heryadie ini menggunakan kekuatan media sosial untuk mengetuk hati publik agar mau peduli pada lingkungan sekitar. Mau bergerak dan melapor pada instansi atau lembaga yang concern pada perlindungan anak. Lembaga yang mereka hubungi adalah KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). Namun yang cepat merespons adalah Komnas PA.
Dari gerakan di media sosial berlanjut ke dunia nyata. Shanty pun meluangkan waktunya untuk pulang kampung. Ia bersama Teuku Zacky, Widi Mulya, Dira Sugandi, Indra Bekti, Elsa Mayori, Mona Ratuliu dan sejumlah relawan lainnya yang tergabung dalam Sahabat Anak Negeri (SAN) menggalang gerakan untuk menyadarkan masyarakat agar peduli pada lingkungan sekitar. "Gerakan kami ini bermaksud menyadarkan publik agar mau melapor kalau mengetahui ada penyiksaan atau penganiayaan pada anak-anak. Tagline yang kami kampanyekan adalah stop kekerasan pada anak-anak," tandas Shanty yang sekarang coba kembali lagi bernyanyi setelah sekian lama vakum karena bersuami, melahirkan, dan mengurus anak.
Saat Shanty ke Jakarta tiga bulan kemudian untuk pembuatan single terbarunya yang bertajuk Adam dan Hawa dan penggarapan video klip, ia sempat bertanya-tanya kepada beberapa pihak soal kelanjutan kasus Angeline yang sebelumnya gegap-gempita.
"Waktu itu kan heboh banget, kok sekarang melempem. Gimana kelanjutan kasus itu masa tenggelam begitu saja. Aneh, tapi nyata. Masa kasus segede itu bisa tenggelam ya. Saya lacak di internet yang keluar berita-berita lama semua. Kok bisa dari hebih banget sekarang jadi senyap," katanya kepada Edy Suherli, Ruben Silitonga, Abraham Tyron, Samuel Arnold, dan Nurwahyunan dari Bintang.com yang menyambangi kediamannya yang asri di Pakubuwono Residence, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (16/10/2015). Berikut wawancara selengkapnya.
What's On Fimela
powered by
Membagi Perhatian
Apa yang melandasi kepedulian Anda pada anak-anak teraniaya seperti Angeline?
Sejak dulu concern saya itu anak-anak. Saya pernah ikut dalam charity anak jalanan. Ada juga acara yang saya ikuti soal yatim piatu. Dan masih banyak lagi kegiatan tentang kepedulian pada anak-anak yang menyentuh hati saya. Saat terungkapnya kasus Angeline, yang menjadi headline berbagai media cetak dan elektronik saya sampai enggak bisa tidur nyenyak selama tiga hari. Bolak-balik aja kalau di tempat tidur. Saya heran kok bisa terjadi dan terjadi lagi kejahatan pada anak-anak tanpa ada orang yang merasa takut.
Posisi Anda sebagai apa dalam konteks ini, soalnya Anda kan tinggal di Hong Kong pula?
Saya juga sadar sekali seperti apa saya saat itu. Kegiatan keartisan juga sudah enggak aktif. Kalau saya berkoar-koar siapa yang mau mendengarkan. Akhirnya, saya bergerak pada lingkup kecil, teman-teman di media sosial Facebook dan Path. Kalau enggak dari kita siapa lagi. Meski saya tinggal di Hong Kong, tapi hati saya Indonesia. Harus ada orang yang menyuarakan hal ini, kita tidak bisa diam saja. Sebagai figur publik yang punya follower di sosial media itu yang saya manfaatkan. Selama ini kan media sosial digunakan untuk mempromoiskan karya kita. Sekarang mengapa tidak digunakan juga untuk kampanye agar publik peduli pada anak-anak teraniaya ini.
Baca juga: Shanty Ajak Artis Kampanyekan Anti Kekerasan Anak
Apa yang salah dalam kejadian Angeline?
Saya tidak menuding ya, ini perlu digarsisbawahi. Setiap orang tanpa terkecuali, apakah itu gurunya, teman-temannya, pamannya, tetangganya harus melapor kalau mengetahui ada tanda-tanda Angeline dianiaya. Setelah dia meninggal baru banyak yang buka suara. Sebenarnya sedini mungkin harus lapor, jangan melapor setelah kejadian. Ada UU-nya lho yang mengatur hal ini. Tidak perlu takut. Ini yang kami kampanyekan. Teman-teman artis kami kumpulkan, ada juga sutradara Nia Dinata, dan banyak lagi yang lain. Mereka bisa melapor kepada saya, Komnas PA atau pihak yang berwajib. Dan anehnya laporan yang masuk ke kita lebih banyak daripada yang masuk ke Komnas PA.
Mungkin mereka lebih percaya pada Anda dan teman-teman?
Entahlah.
Sekarang perkembangan kasus Angeline senyap?
Ya, beginilah kenyataannya, berita Angeline yang demikian heboh, eh, sekarang jadi lenyap. Saya tidak tahu bagaimana perkembangannya. Kalau ada yang tahu tolong kasih saya informasi. Soalnya, kalau saya telusuri di Internet yang ada hanya berita lama. Kalau kasusnya lenyap seperti sekarang ini tidak menimbulkan efek jera pada orang lain.
Apa lagi langkah atau kegiatan yang akan dilakukan?
Kami terus akan melakukan kampanye dan seminar di sekolah-sekolah. Kami akan memberikan penyuluhan langsung pada anak-anak dan orang tua dan siapa pun. Pokoknya jangan takut untuk lapor, lapor dan lapor kalau mengetahui ada tanda-tanda penganiayaan pada anak-anak.
Galang Dana
Melakukan kampanye dan penyuluhan agar masyarakat sadar dan mau bertindak kalau mereka mengetahui adannya penganiayaan pada anak, memerlukan dana yang tidak sedikit. Shanty dan kawan-kawan menjual kaus dan souvenir kepada publik. Dana yang terkumpul akan digunakan sepenuhnya untuk kampanye agar publik sadar dan mau melapor kalau mengetahui ada penganiayaan pada anak-anak.
Dari mana Anda dan teman-teman memperoleh dana untuk gerakan ini?
Sementara ini kami membuat dan menjual kaos yang bertuliskan: STOP Child Abuse!! SPEAK UP!!. Sahabat Anak Negeri. Sekarang kami baru menjual kaus. Tidak menutup kemungkinan untuk masa yang akan datang ada souvenir yang lain yang kami jual.
Baca juga: Shanty Jadi Relawan Kasus Angeline dan Kekerasan Anak
Kalau dana terkumpul prioritas penggunaannya untuk apa?
Yang kami lihat dan amati sistem hotline di Komnas PA yang nomornya kami sebar dan kampanyekan masih sangat manual. Hanya ada satu orang dan satu pesawat telpon. Tidak ada waiting line. Operatornya pun bekerja sesuai jam kantor. Kalau pas tidak ada operator ya enggak diangkat telepon dan masyarakat yang masuk. Kami ingin meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan di Komnas PA. Dana yang terkumpul akan diprioritaskan untuk itu. Kami ingin operatornya ada 24 jam. Ada juga kotak pesan yang bisa digunakan kalau pas operator tidak ada. Salurannya juga tidak cuma satu, sudah saatnya layanan publik ada hunting-line.
Dan itu butuh dana yang tidak sedikit ya?
Oh jelas, makanya kami berharap penjualan kaos bisa mendulang banyak uang. Sebenarnya kita sudah mendapat sumbangan dana dari beberapa pihak. Tapi itu belum mencukupi.
Apakah instansi terkait akan dilibatkan?
Hemm (Shanty menghela napas panjang, sejurus kemudian dia melanjutkan ceritanya). Kami sudah beberapa kali diajak rapat, dengar pendapat dengan DPR namun hasilnya enggak ada. Sementara waktu yang terbuang tidak sedikit. Dari sana akhirnya kami punya kesimpulan harus jalan dulu meski yang bisa dilakukan sedikit. Pokoknya, kita bergerak dengan kemampuan yang dimiliki. Kalau mampunya sedikit yang apa mau dikata. Daripada rapat dan rapat namun hasilnya tidak ada, mendingan sedikit, tapi ada yang dikerjakan. Kami ingin membuat pemerintah atau instansi terkait paham, kalau ada loh anak bangsa yang peduli pada nasib anak-anak teraniaya. Kalau kita sudah peduli masa mereka tidak peduli.
Kegiatan Shanty di Jakarta begitu padat, setelah melakoni wawancara dan pemotretan khusus dengan Bintang.com ia bergegas untuk melakukan agenda kegiatan selanjutnya. Soalnya keesokan harinya Shanty harus bertolak ke Hong Kong.