'Surat Cinta' dari Seorang Fotografer untuk Warga Peru

Asnida Riani diperbarui 21 Okt 2015, 17:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Kisah tentang seorang cenayang yang melakukan ziarah ke puncak Pegunungan Andes untuk melakukan ritual suci berabad-abad lalu seakan diperkuat oleh tubuh tak dikenal yang ditemukan di puncak gunung. Legenda yang sudah dikisahkan secara turun-temurun itu jadi satu alasan penting untuk seorang fotografer asal San Fransisco, Brian Flaherty.

Sejak lama, Brian sudah punya mimpi untuk menjejakkan kaki di tanah Peru. Bersama sang istri, baru tahun ini Brian bisa merealisasikannya. Bukan penjelajahan dengan sekelumit jadwal, Brian hanya ingin melihat, mendengar, dan 'merekam' kehidupan warga gurun di Peru. Selama lima hari, Brian dan istrinya menjelajah jalur pendakian melewati Andes untuk sampai di sebuah desa terpencil, di mana penduduk tak berbicara dalam bahasa Inggris atau Spanyol, melainkan Quechuan.

Membawa beberapa makanan dan peralatan sekolah, Brian dan istrinya mendapat sambutan ramah dari warga lokal, terlepas dari bahasa yang digunakan. Namun, siapa yang butuh kata kalau semua bahasa tubuh sudah mengambil alih percakapan? Lebih lanjut Brian menuturkan kalau jalur menuju desa ini terbilang yang paling sulit dari semua perjalanan yang sudah ia lakukan

Di Peru, Brian menemukan kalau orang menyerahkan tubuh, hati, dan jiwa mereka untuk bekerja. Bukan untuk diri sendiri, tapi juga orang lain. Pernah satu hari Brian melihat sekitar 20 orang laki-laki bergotong-royong membangun rumah. 'Surat cinta' untuk warga Peru akan semua emosi yang dirasakan Brian selama menjalani keseharian bersama mereka yang dilupakan dunia, terefleksi di deretan potret berikut ini.

 

Baca Juga: 6 Ekspedisi di Amerika Selatan yang Wajib Masuk 'Bucket List'

What's On Fimela