Fimela.com, Jakarta Warga lokal di salah satu desa terpencil, Sher Qilla, sudah lama memproduksi dan mengonsumsi wine sendiri, meski sudah ada larangan resmi. Bertelanjang kaki, laki-laki asal desa yang berada di bukti Punyal ini mulai memanjat pohon demi memetik anggur, seakan membantah larangan agama berkenaan dengan konsumsi alkohol untuk merayakan tradisi membuat wine yang sudah lebih lama ada daripada Islam di Pakistan.
Setiap musim gugur, salah satu desa di utara Pakistan, Sher Qilla, yang berada tepat di kaki gunung Himalaya, punya tradisi memetik anggur setelah penantian yang begitu lama di bawah pengawasan warga desa yang lebih tua. Memetik buah yang diserukan haram di Pakistan, laki-laki desa tersebut menaruhnya ke dalam keranjang untuk pada akhirnya dioper ke orang yang sudah menunggu di bawah pohon.
Buah-buah tersebut kemudian dilemparkan ke satu tempat (khor sebegaimana warga desa menyebutnya) untuk dicuci menggunakan air dingin, di mana kaki telanjang warga desa menginjak sampai sari buahnya keluar. Di bawah kerut puncak gunung bersalju, warga desa membuat minuman, angur dengan kualitas sangat bagus ini punya rasa tajam menyerupai brandies yang terbuat dari anggur dan beri hitam.
Sebelum Islam masuk ke kawasan ini pada abad ke-16, para pemeluk Buddha sudah membuat wine ini. Dilansir oleh Businessinsider.com, salah satu warga berusia 86 tahun, Ali, menuturkan kalau orang-orang ini tetap menjaga tradsi setelah Islam datang. Lebih lanjut Ali menuturkan kalau tak semua orang bisa meminum wine ini.
Beberapa ada yang tak sanggup menengguknya, bahkan tak sedikit yang hilang kesadaran. Mereka meminum wine hanya pada perayaan-perayaan tertentu saja seperti Tahun Batu Persia, pernikahan, dan hari ulang tahun Nabi Muhammad. Warga desa Sher Qilla merupakan pemeluk Islam aliran Ismaili yang memang mendiami Pakistan. Pihak berwajib bahkan sudah lama menolerir tradisi ini.
Baca Juga: Ladakh, Melakukan Perjalanan untuk Lebih Dekat dengan Langit