Fimela.com, Jakarta Gunung Lawu mungkin satu dari sekian banyak pesona Indonesia. Negara yang berada di antara dua benua ini punya suguhan pesona yang berbeda di setiap tempat. Kamu bisa dibuat jatuh hati dalam hitungan detik dengan semilir angin ketika menjelajah pulau-pulau cantik di atas perahu kayu, maupun jajaran puncak gunung dengan panorama ketinggian yang begitu membius.
Berbicara soal ketinggian, tanah Jawa memang punya gunung-gunung dengan jalur pendakian indah nan menantang yang menunggu untuk disambangi para pendaki. Sebut saja Gunung Lawu. Seperti layaknya traveling ke pantai, kamu pun harus mengetahui serba-serbi tentang gunung yang hendak didaki supaya perjalanan kian nyaman.
Gunung Lawu punya dua 'gerbang' pendakian. Pertama di Cemoro Sewu. Jalur dengan rute pertama ini terkenal lebih garang, namun membuat pendaki lebih cepat sampai ke puncak. Kedua di Cemoro Kandang. Kebalikan dari jalur pertama, Cemoro Kandang jadi pilihan tepat untuk melakukan pendakian yang lebih santai. Jalur landai membuat trek ini bisa digunakan sebagai trek sepeda gunung.
Berkenalan dengan mbok Yem. Kamu akan dapati warung kecil tepat di puncak Lawu. Bernama sama dengan pemiliknya, yakni mbok Yem warung ini biasa disinggahi oleh para pendaki guna melepas lelah setelah berjam-jam melakukan pendakian. Tak hanya itu, warung ini pun merangkap jadi penginapan bagi mereka yang ingin bermalam di puncak Lawu.
Bersua dengan hamparan padang rumput Banjaran Festuca Nubigena. Berada di ketinggian sekitar 3.200 meter di atas permukaan laut, kamu akan dapati pemandangan padang rumput yang mengelilingi danau. Berada dekat dengan pos akhir pendakian, warga lokal percaya siapa yang berendam di danau ini maka semua permintaannya akan terkabul.
Gua curam, sumur Jolotundo. Menjelang puncak, kamu akan disuguhkan pemandangan gua curam dengan 'rupa' bagian dalam yang sama sekali tak nampak. Menelesak sedalam kurang lebih 5 meter, kamu harus gunakan tali untuk turun ke sini. Gua ini dikeramatkan oleh warga lokal dan konon kerap kali dipakai sebagai tempat bertapa.
Pasar Dieng. Nama lain dari kawasan ini adalah pasar seten. Sedikit menyeramkan karena konon pasar ini hanya dapat dilihat secara gaib. Berupa prasasti batu berblok-blok, pasar Dieng ini terletak di Hargo Dalem. Menurut legenda, kalau ada pendaki yang mendengar seseorang (yang tak nampak) berkata, "mau beli apa, dik?", maka harus segera membuang uang dengan jumlah berapapun dan memetik daun atau rumput seolah-olah sedang berbelanja.
Simpan matras di dalam ransel. Baik melalui jalur Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang, jalur pendakian di gunung Lawu banyak diapit oleh pohon dengan ranting-ranting yang menjulur hingga ke jalan setapak, karenanya jangan letakkan matras di luar tas karena akan membuatnya terus-terusan menyangkut. Juga, kotor sebelum digunakan.
Baca Juga: 7 Gunung yang Punya 'Sunrise' Terindah di Indonesia