Fimela.com, Jakarta Ada tips jitu yang bisa ditiru dari seorang Soimah. Entertainer serba bisa ini awalnya adalah seorang sinden, namun penampilannya kemudian berbeda dari sinden kebanyakan membuatnya seperti berlian di antara bebatuan biasa. Dalam istilah seniwati bernama lengkap Soimah Pancawati ini, yang dilakukannya adalah tampil beda dan ‘ngedan’. Apa maksudnya?
***
Dari seorang sinden tradisional yang melantunkan tembang Jawa, perempuan kelahiran Pati, 29 September 1980 ini bermetamarposa menjadi seorang sinden yang melantunkan tembang-tembang kontemporer dari beragam genre musik, mulai hip hop, rap, rock, hingga dangdut. Dari kiprah bersama komunitas hip hop di Yogyakarta, ia mendapat julukan sebagai sinden hip hop. “Kita memang harus tampil beda biar dilihat orang. Namun meski ‘ngedan’ saya tetap patuh pada pakem-pakem yang ada,” kata ibu dari Aksa Uyun Dananjaya dan Diksa Naja Naekonang buah cintanya pada Herwan Prandoko yang juga sebagai manajernya.
Sejak remaja kerabat maestro tari Bagong Kusudiardjo ini memang sudah biasa bersinggungan dengan beragam komunitas seni, seperti campursari, ketoprak, pop Jawa, dan dagelan. Satu lagi kecakapan yang dimilikinya; sebagai presenter dan MC. Tanlenta yang dimiliki Soimah memang komplit. Menyanyi bisa, menari oke, melawak juga bisa.
Momentum kemunculan Soimah dan menjadi titik balik kariernya terjadi setelah ia sukses tampil bersama Jogja Hip Hop Foundation dalam sebuah tur dunia pada 14 Mei 2011. Kepiawaiannya nyinden yang melantunkan tembang hip hop itu menjadi buah bibir dan berita di berbagai media. Seperti kata Soimah, benang merahnya adalah berbeda atau lebih tepatnya nyentrik. “Sinden kan biasanya duduk demplok di lantai. Lah yang satu ini ‘ngedan’ kayak penyanyi kebanyakan. Itu kan tampil beda. Makanya banyak yang penasaran, kok ada sinden yang seperti itu,” ungkapnya.
Dari hanya berkiprah di Kota Gudeg, Soimah merambah ke Jakarta. Ia pertama kali tampil di acara Seger (antv), itu pun hanya menjadi penyanyi latar. Dari sana ia merambah ke acara lain, lagi-lagi karena keunikannya. Acara talk show bertajuk @Show_Imah di TransTV menjadi pembuktian berikutnya. Acara yang dikomandoinya sempat bertahan dua tahun tahun lebih.
Beragam acara komedi dari vareity show juga tak lupa menampilkan sosok Soimah. Sebut saja Opera van Java (Trans7), Yuk Kita Sahur (TransTV), Yuk Keep Smile (TransTV), Sahurnya Ramadhan (TransTV), Ngabuburit (TransTV) dan Lenong Rempong (Trans7). Kini ia menjadi komentator D’ Terong Show (Indosiar), D’ Academia 2 (Indosiar) dan yang paling
anyar sebagai juri Stand Up Comedy Academy juga di Indosiar.
Sesibuk apa seorang Soimah? Sibuk sekali, soalnya nyaris setiap hari ia tampil di televisi. Lalu bagaimana ia mengatur waktu antara karier dan keluarga. “Saya kerja selama tiga pekan non stop. Dari senin sampai minggu full. Namun di pekan keempat saya libur total. Waktu itu saya gunakan untuk istirahat dan pulang ke Jogja. Di kampung saya melampiaskan kerinduan dengan menemui anak-anak saya. Saat itu saya tidak terima job sama sekali. Setelah itu baru kembali lagi ke Jakarta,” terangnya.
Berbicang dengan komedian satu ini teramat sering terkekeh. Dia menyelingi ucapannya dengan gelak-tawa, sembari menjawab pertanyaan Edy Suherli dan Nurwahyunan dari Bintang.com yang menemuinya di kantor Indosiar, bilangan Daan Mogot, Jakarta Barat, pada Senin (12/10/2015). Inilah petikan selengkapnya.
Soal Kelangkaan Komedian Wanita
Di pentas hiburan, khususnya lawak, jumlah pelawak wanita yang bisa eksis amat sedikit. Kalau pun ada sosok wanita yang ditampilkan dalam sebuah pentas komedi biasanya sebagai pemanis. Kalau dalam sebuah masakan, hanya sebagai penyedap rasa. Namun wanita yang benar-benar menjadi komedian --dalam arti tidak mengandalkan kemolekan tubuh dan paras yang rupawan-- bisa dihitung dengan jari. Soimah salah satu diantara yang sedikit itu.
Menurut Anda mengapa komedian wanita itu langka?
Iya ya, kenapa bisa begitu ya? Aku juga bingung menjawab pertanyaan ini. Piye tha, baru pertanyaan pertama kok sudah pusing, hahahaha. Pelawak itu memang beda, enggak seperti pemain sinetron atau film. Yang menjadi pelawak tidak laki atau perempuan sama. Kalau laki gantengnya biasa, yang wanita juga enggak cantik-cantik amat. Melawak itu memang paling susah dibandingkan menyanyi, menarik dan cabang seni lainnya. Aku bisa bilang begitu karena merasakan langsung. Aku sudah coba menyanyi, menari, nyinden dan juga ngemsi.Ya yang paling susah itu ya lawak, karena otaknya harus mutar terus saat di atas panggung. Pokoknya harus bikin lucu dan penonton tertawa. Susahnya di sana.
Lawak itu kan bisa dikonsep terlebih dulu?
Benar bisa dikonsep terlebih dahulu seperti di acara Stand Up Comedy Academy ini. Namun kadang-kadang apa yang sudah dikonsep itu saat mau dipresentasikan buyar. Atau situasi dan kondisinya tidak mendukung. Menghadapi keadaan seperti ini si komedian harus putar otak.
Kalau Anda apa yang dilakukan?
Improvisasi di atas panggung. Untuk bisa melakukan itu memang harus jeli melihat situasi dan kondisi panggung serta penonton. Perlu kejelian melihat situasi dan kondisi di sekitar kita. Biasanya komedian yang sudah punya jam terbang tinggi bisa melewati kondisi ini.
Seberapa besar toleransi untuk improvisasi, soalnya sudah ada pakem atau skenario?
Yang penting tahu pakem dan konsep awal. Tugas utama kita menyampaikan atau melakukan apa yang sudah digariskan dalam skenario awal. Selebihnya mau dipanjangin atau dimelarin tak ada masalah. Yang salah kalau kita lebih mengutamakan kembangan sementara inti yang direncanakan tidak disampaikan.
Di acara Stand up Comedy Acedemy ini hanya ada seorang peserta wanita dari 24 yang masuk seleksi, seperti apa peluangnya?
Komedian wanita itu itu memang langka banget, apalagi untuk stand up comedy. Satu-satunya perempuan yang ikut ya Muzdalifah dari Makassar, umurnya masih mudah pula. Menurut saya perlu tekad yang luar biasa untuk seorang ikut stand up comedy, apalagi wanita. Saya acungi jempol untuk semangatnya.
Peluang dan tantangannya?
Kalau bicara soal peluang aku pikir peluangnya besar. Mustinya dia harus bisa mencuri perhatian karena cewek sendiri. Akan lebih mudah mencari perhatian dari juri, mentor dan penonton. Dibandingkan kompetisi lain, yang kebanyakan perempuan peluangnya lebih besar. Tinggal sekarang bagaimana dia bisa membuat perhatian itu.
Secara umum seperti apa kiat untuk mencuri perhatian publik atau penonton?
Saya awalnya adalah penari, lalu menjadi sinden, kemudian menekuni musik. Bertahun-tahun yang saya lakukan tetap saja jalan di tempat. Kata orang pintar karier saya tidak signifikan perkembangannya. Wah saya pikir perlu revolusi untuk bisa melompat dan menarik perhatian dan kalau ingin ada perubahan. Tujuannya untuk bisa hidup layak dan suskes. Caranya aku nyinden tidak hanya di wayang kulit namun juga di pentas lain. Aku agak menggila alias ngedan. Aku ikut komunitas hip hop, acapella, ketoprak, dan lain sebagainya yang ada di Jogja. Jadi harus nakal sedikit, dalam arti positif ya. Karena itulah yang bisa mencuri perhatian publik. Sinden kok edan, sinden kok pecicilan, itu kan bisa membuat orang bertanya-tanya. Tapi kita harus bisa menjelaskan mengapa kita seperti itu.
Dan Anda berhasil mencuri perhatian publik?
Silahkan lihat dan nilai sendiri, Soimah yang dulunya hanya berkiprah di Jogja sana, sudah bisa di tingkat nasional. Alhamdulillah. Saya bersyukur sekali karier bisa lancar dan diterima publik.
Membagi Perhatian untuk Keluarga
Dibalik pria yang sukses ada wanita hebat. Sebaliknya dibalik kesuksesan seorang Soimah ada suaminya Herwan Prandoko alias Koko yang mendampingi dan men-support kariernya. Ia rela berjuang dari belakang demi kesuksesan sang istri. Seperti apa Soimah membagi perhatian antara sebagai pekerja seni dan sebagai istri dan juga ibu. Begini kisah selengkapnya.
Seperti apa Anda menjaga stamina agar tetap fit saat tampil dilayar kaca?
Aku tidak punya resep yang neko-neko. Kalau capek ya istirahat sembari dipijat. selesai pijat tubuh bisa bugar kembali. Satu lagi aku tak mau terima lebih dari dua program televisi sehari. Kalau pun diminta banget tambah satu lagi, lokasinya aku minta tidak berjauhan. Kalau lebih dari itu terlalu terforsir tubuhnya. Pernah aku tiga program sehari di bulan puasa. Soalnya tahu sendiri kalau lebaran kan butuh duit banyak, hahaha. Pelawak kan tak punya THR. Yang ada aku harus kasih THR sana sini. Biar mencukupi kebutuhan buat berlebaran, ayo sehari terima tiga program.
Anda membatasi makanan tertentu?
Aku tidak terlalu rumit dalam urusan makanan. Namun kebiasaan sejak zaman kere dulu makan sehari cuma dua kali, hahaha. Kebiasaan itu terus terbawa sampai sekarang. Jadi memang enggak bisa makan banyak. Itu bukannya karena aku takut gemuk, diet atau ngirit ya, memang kebiasaannya sudah begitu dari dulu. Malah waktu susah dulu makannya cuma sekali. Pagi aku cuma minum jus buah. Baru makan besar itu sehabis waktu asar. Malam hari kalau lagi pengen makan ya makan. Tetapi kebanyakan enggak makan. Kalau soal gemuk tergantung suami saja, kalau dia masih terima ya monggo. Di pentas lawak aku juga tidak menyuguhkan kemolekan tubuh. Kan biasanya aku jadi keset, hehehe. Kalau gemuk malah bisa jadi bahan ledekan teman-teman di panggung. Aku kan bukan model yang harus kurus.
Anda tidak mengonsumsi suplemen?
Enggak, aku takut kecanduan. Dulu sih waktu masih di Jogja suka minum jamu dibikinin mertua.
Liburnya kapan?
Selama tiga minggu aku kerja, satu minggu sisanya libur. Waktu libur itu aku manfaatkan untuk pulang ke Jogja untuk bertemu anak-anak. Pokoknya menghabiskan waktu bersama mereka. Kalau sama suami kan sudah setiap hari wara-siri bareng. Jadi seminggu itu aku manfaatkan untuk anak dan istirahat. Rasanya otak jadi fresh lagi saat kembali lagi beraktifitas.
Apakah pihak yang mengontrak Anda bisa memahami keadaan ini?
Sebelum mengikat kontrak dengan pihak televisi atau PH tertentu saya memberitahukan kebiasaan kerja saya yang tiga minggu kerja nonstop dan seminggu istirahat. Cara saya ya begini, kalau tidak bisa enggak apa-apa. Soal ini penting untuk menjaga stamina baik fisik maupun otak. Kalau terlalu diporsir nanti takut ambruk. Saat libur bisa mengobati kangen sama anak. Saat kembali ke Jakarta kembali otak sudah kosong dan fresh. Aku pernah tak pulang ke Jogja selama empat bulan. Kerja saja juga engga konsentrasi. Pikirannya ke rumah terus, teringat sama anak terus.
Untuk program seperti Stand Up Comedy ini seperti apa mengaturnya?
Bisa diatur, kan ada pengganti atau juri tamu yang bisa menggantikan.
Anda tidak ingin ajak anak ke Jakarta?
Aku masih lebih nyaman dan yakin anak-anak tinggal di Bantul, Yogyakarta. Kalau di Jakarta repot, harus ada sopir, baby sitter dan lain-lain. Di kampung anak saya sama keluarga besar, ada mbahnya, bude, tante dan lain sebagainya.
Apa saran Anda untuk mereka yang akan menekuni dunia entertainmen?
Ada dua pilihan saat kita mau terjun di dunia entertainmen. Mau idealis atau sesuai selera pasar. Yang penting kita punya basic yang kuat dulu dalam dunia seni. Setelah itu improvisasi silahkan. Apalagi kalau sudah masuk ke industri terkadang harus menanggalkan idealisme. Selain itu kiatnya harus bisa mencuri perhatian dengan inovasi dan terobosan baru. Tanpa itu orang tidak akan terbetot perhatiannya kepada kita. Seperti saya sebagai sinden gila alias ngedan. Pokoknya yakin dan optimis saja dengan pilihan yang sudah diambil. Pasti ada jalan kalau kita serius dan enjoy melakoni profesi kita.
Begitulah Soimah, perempuan sederhana namun kocak. Semangat besar untuk berubah telah membawanya ke kawah yang besar. Dulu hanya berkutat di Yogyakarta saja, kini ia sudah menjadi langganan televisi nasional. Soimah tetap kocak dan penuh canda. Tawa dan candanya khas, bebas dan lepas. Setelah wawancara dan pemotretan khusus dengan Bintang.com ia sudah ditunggu untuk syuting Stand Up Comedy Academy di Indosiar.