I-Doser, 'Narkoba Digital' yang Tak Selalu Berbahaya?

Asnida Riani diperbarui 13 Okt 2015, 09:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Kalau kamu membaca berita belakangan ini, maka nama I-Doser, salah satu aplikasi smartphone yang disebut-sebut sebagai 'narkoba digital', kerap kali muncul. Berdasarkan laporan NewsOK, banyak anak remaja yang merasakan sensasi memakai narkoba melalui I-Doser dengan mendengarkan binaural (dua suara), sebuah teknologi untuk mengubah gelombang otak dan keadaan mental.

Lebih lanjut NewsOK juga melaporkan kalau I-Doser memproduksi perasaan suka cita lewat alunan suara sedemikian rupa selama para penggunanya duduk diam dengan headphone terpasang. Disebut-sebut sebagai satu aplikasi yang berbahaya, namun ada penelitian yang menunjukkan kalau hentakan binaural tak mengubah susuanan kimia di otak.

Meskipun begitu, para pendidik dan penegak hukum di Amerika Serikat tetap mengkhawatirkan kalau I-Dosers akan jadi gerbang bagi para remaja untuk mengonsumsi obat-obatan terlarang. Sedangkan Badan Narkotika Nasional (BNN) masih meneliti apakah I-Doser ini memang satu bentuk 'narkoba digital' yang berbahaya bagi publik atau tidak.

Di tengah berbagai kemelut, Psychology Today justru memuat berita tentang binaural yang biasa digunakan ketika terapi kecemasan berlebih dan tak mempertimbangkan I-Doser sebagai salah satu aplikasi yang berbahaya bagi para remaja. Hal tersebut seakan diperkuat oleh sebuah penelitian yang sudah dilakukan oleh Universitas South Florida.

Dimana dalam studi tersebut menyimpulkan kalau alunan binaural bisa membantu mereka yang mengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) mendapatkan fokus dan belum ada studi yang menunjukkan perubahanan susunan kimia di otak. Hingga kini, belum ada pernyataan resmi yang mengatakan kalau I-Doser berbahaya atau tidak.

 

Baca Juga: 6 Fakta I-Doser 'Narkoba Digital' yang Mungkin Belum Kamu Ketahui

What's On Fimela