Fimela.com, Jakarta Starvision Plus akan merilis film Tiger Boy. Film ini disebut memiliki kisah dengan film dari luar negeri. Produser Chand Parwez Servia memberikan tanggapan tentang isu tersebut.
"Membuat film yang unik dan berbeda memang sulit. Seringkali keunikan yang dibuat oleh kreatif tanah air ditafsirkan negatif. Padahal dalam era global sekarang ini, penulis di berbagai belahan bumi bisa saja mengembangkan ide yang memiliki kemiripan tapi sama sekali beda," ujar Chand Parwez saat dihubungi Rabu (7/10/2015).
Kisah cinta yang populer, lanjutnya, biasa diadaptasi menjadi banyak versi. Kreativitas sineaslah yag akan membuat perbedaan satu karya dengan karya lainnya. "Ini menarik apabila kita mengambil contoh kisah Romeo and Juliet karya William Shakespeare, karena sedikitnya ada berbagai ceritera dari belahan bumi berbeda yang memiliki kemiripan, yaitu : Shirin Farhad, Laila Majnun, Heer Raanjha, Sohni Mahiwal, Sam Pek Eng Tay, hingga Roro Jonggrang," paparnya.
Baca Juga: Cassandra Lee Susah Berbahasa Indonesia di Film Tiger Boy
Latar belakang kisah Tiger Boy mengangkat sisi lain dari peristiwa Mei 1998. Ketika sejarah reformasi terjadi, saat itu di hutan kaki Gunung Salak seorang bayi lelaki lahir dan ditinggal mati ibunya. Tiger Boy mempunyai kemiripan dengan kisah Nasiran di pedalaman Blang Pidie, Aceh yang sejak berusia 5 tahun tinggal di hutan selama 10 tahun bersama ibunya, atau kisah tentang Tarzan dan Mowgli.
Kisah Tiger Boy bergulir ketika Kanya (Sandrinna Skornicki) yang sakit-sakitan dan perlu udara yang bersih, dibawa orang tuanya (Bucek dan Tatiana Sivek) dan adiknya Tristan (Gerry) ke villa desa Cimelati yang terletak di kaki Gunung Salak. Di desa itu ada hutan larangan yang tidak boleh dimasuki warga, karena ada ‘manusia harimau’ yang dianggap berbahaya. Pertemuan Kanya dengan ‘si anak harimau’ yang menyelamatkannya dari serangan ular di hutan larangan itu justru menumbuhkan persahabatan, dan Kanya memanggil ‘anak harimau’ itu sebagai Radja (Alwi Assegaf).