Fimela.com, Jakarta Bagi yang pernah berkunjung ke Yogyakarta, mendengar nama kota itu, pikiran serasa diseret ke suatu tempat yang erat dengan kenyamanan. Jogja, begitu Kota Pelajar ini sering disebut, menawarkan beragam potensi seni dan budaya serta wisata yang bisa menarik perhatian setiap insan. Maka, tak heran kalau Jogja banyak dijadikan tempat wisata, baik oleh turis domestik maupun mancanegara.
Seperti yang kerap terjadi pada asmara percintaan, sekali kamu berkunjung ke Yogyakarta, dijamin kamu susah nggak bisa MOVE ON. Setidaknya, setelah kamu balik dari sana, kamu akan selalu punya rencana balik lagi. Meski sekadar menikmati kopi dan gorengan di pinggir jalan ditemani para musisi jalanan yang nggak kamu dapatkan di kota lain. Apa saja yang bisa bikin kamu nggak bisa move on meski baru sekali bertandang ke sana?
Kuliner murah. Buat turis backpacker atau mahasiswa rantauan, Jogja adalah kota tujuan yang tepat. Di sana, kamu akan menemukan makanan dengan harga yang bikin kamu menganga. Terutama kalau kamu berasal dari Jakarta. Pernah, nggak kamu makan gorengan, nasi, lauk, es teh kurang dengan harga nggak lebih dari 10 ribu? Kalau belum, ke Jogja lah, dan kamu akan nggak bisa move on dengan makanan murahnya. Selain itu, di Jogja kini banyak resto dengan konsep unik dan harga yang bersahabat, lho!
Banyak tempat wisata yang keren. Pantai, gunung, padang pasir, goa, bukit, hutan pinus, keraton, benteng? Semua bisa kamu temukan dalam satu tempat. Hanya di YOGYAKARTA. Ketika berada di sana, rasanya nggak ada waktu terbuang sia-sia atau bingung harus ke mana. Bahkan, nggak hanya sekadar senang-senang berwisata, kamu pun bisa belajar sejarah melalui tempat-tempat yang kamu kunjungi di Yogyakarta. Tahukah kamu, kalau Yogyakarta pernah jadi ibukota Indonesia?
Pengamen bersuara emas dan kreatif. Berkunjung ke Yogyakarta rasanya kurang afdal kalau kamu belum mengunjungi sebuah jalan bernama Malioboro, letaknya nggak jauh dari Keraton Yogyakarta. Banyak hal yang bisa kamu temui di jalan sepanjang 500 meter ini. Mulai dari makan hingga pakaian. Tak lupa para seniman jalanan alias pengamen bersuara emas juga kreatif. Meski mereka datang silih berganti, tapi kamu pasti akan terhibur dan rela-rela saja untuk menyisihkan sebagian rupiah untuk mereka. Lebih dari itu, kamu nggak akan menemukannya di Jakarta. :p
Tata krama dan budaya yang masih kental. Keraton Yogyakarta menjadi salah satu bukti hidup dari kentalnya adat, budaya, dan tata krama di kota berusia 259 tahun ini. Saat berkunjung ke sana, jangan heran atau takut kalau kamu disapa oleh penduduk lokal. Entah dari sekadar "Ndak pundi?" (mau ke mana?) sampai "mampir". Meski hanya basa-basi, namun hal itu menujukkan kalau nilai sopan santun di sana masih terjaga. Mungkin kamu nggak akan bertemu orang-orang seperti mereka di kota tempat kamu tinggal.
Suasana malamnya. Bicara tentang "malam", deskripsi yang terlintas selain gelap, biasanya adalah kejahatan. Namun, hal ke-dua nampaknya akan jauh dari kehidupanmu ketika kamu berada di Yogyakarta. Sudah lewat jam 12 malam tapi kantuk belum juga datang? Tak ada salahnya kamu pergi ke titik 0 kilometer. Di sana, kamu bisa menikmati keramahan malam. Berbaur dengan sesama pelancong atau warga lokal tak akan membuatmu menyesal. Ingin suasana yang lebih tenang? Kamu bisa pergi ke arah Selatan. Naik ke daerah Gunung Kidul, kamu bisa melihat keindahan Jogja dari Bukit Bintang. Kota yang relatif aman ini selain bikin kamu nyaman, juga bisa bikin kamu merasa aman. Meski lewat jam 12 malam kamu masih berada di luar rumah.
SATU LAGI!
Banyak acara seni dan budaya. Bagi kamu yang pernah berkunjung dalam waktu lama, atau pernah menetap di Jogja, kamu dijamin susah move on. Terlebih jika kamu seorang yang memiliki antusias dalam bidang seni dan budaya. Setiap akhir pekan, setidaknya akan ada acara berbau seni dan budaya. Entah hingar bingar panggung atau sekadar pameran seni visual. Semuanya akan tersimpan rapi di memori dan membuatmu ingin balik lagi.
Jika Joko Pinurbo pernah menuliskan "Jogja itu terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan," maka, alasan apalagi yang membuatmu untuk tidak (kembali) ke Yogyakarta untuk sekadar jatuh cinta lalu tenggelam?
Baca juga: Sri Sultan Hamengku Buwono X Jelaskan Soal Sabda Raja Yogyakarta