Kasus Pembunuhan Salim Kancil di Mata Miss Indonesia 2014

Syaiful Bahri diperbarui 07 Okt 2015, 10:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Kasus pembunuhan Salim Kancil, aktivis petani yang terjadi di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang, Jawa Timur banyak mengundang reaksi publik. Salah satu yang turut prihatin akan kasus pembunuhan Salim Kancil yang melakukan penolakan terhadap usaha tambang pasir liar adalah pemenang kontes kecantikan Miss Indonesia 2014, Maria Rahajeng.

Menurutnya, kasus pembunuhan Salim Kancil merupakan contoh negatif dari penguasa yang menyalahgunakan kekuasaan. Hal ini dilandasi lantaran kasus tersebut turut didalangi Kepala Desa setempat.

"Sangat tidak positif. Kita harus lebih peka, lebih banyak belajar dari kasus ini," ujar Maria ditemui Bintang.com, Selasa (6/10/2015) di Pasific Place, SCBD, Sudirman, Jakarta Selatan.

Lebih lanjut, dara berusia 24 tahun yang mewakili daerah Sulawesi Barat di ajang Miss Indonesia ini memiliki harapan besar kepada pemerintah menuntaskan permasalahan penambangan yang telah merenggut nyawa. Tidak hanya itu, Maria berpendapat bahwa penguasa seharusnya lebih mendengar aspirasi rakyatnya.

"Harusnya kan yang memiliki pamor (kekuasaan) harus lebih mendengar. Rakyat yang protes pasti ada alasannya. Pemerintah, penguasa, kepala daerah yang memiliki wewenang harus melihat secara objektif, harus melibatkan masyarakat," lanjut Maria.

Baginya, kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi dalam kasus Salim Kancil tersebut harus dicari dalangnya dan dihukum seberat-beratnya. "Susah ya, sudah menjadi sejarah, yang salah tidak dihukum. Yang benar justru terabaikan dan tersingkirkan. Kalau salah, ya memang harus dihukum seberat-beratnya, keadilan harus ditegakkan," ungkap Maria Rahajeng